Meningkatkan Kesadaran Siswa Menulis Karya Ilmiah di Masa Pandemi Covid 19

Oleh: Nelson Sihaloho

Rasional:

Banyak kalangan pakar dan ahli menyatakan bahwa kegiatan menulis salah satu aspek kegiatan berbahasa yang dianggap paling sulit. Begitu juga dengan kalangan siswa banyak mengeluhkan tentang sulitnya kegiatan menulis. Di kalangan siswa menengah (SMP) misalnya kegiatan menulis membutuhkan suatu ketrampilan dan pembimbingan yang baik dari para guru. Apabila ada kegiatan lomba menulis baik itu puisi cerita pendek, mengarang, menulis karya ilmiah umumnya guru Bahasa Indonesia selalu ditunjuk menjadi “ujung tonggak”, dan paling andal dalam membimbing siswa. Menulis juga sering diidentikkan dengan suatu kegiatan dalam berkespressi. Seorang yang menulis puisi misalnya merupakan bagian atau cermin dari hasil ekspresimya. Begitu juga dengan menulis menggambarkan pengalaman dan ekspressi dalam menuangkan karya-karyanya. Bahkan seseorang melakukan kegiatan menulis karena ingin menuangkan ide yang telah menumpuk dalam pikirannya. Menulis merupakan suatu kegiatan positif selain mendayagunakan kata-kata juga melatih seseorang untuk berpikir jernih. Perlu kita cermati bahwa adakalanya seseorang yang tidak dapat menuangkan ide-ide dengan lisan dapat mengungkapkannya melalui tulisan-tulisan. Di masa pandemic Covid-19 salah satu upaya untuk melatih siswa berpikir teratur dan jernih adalah dengan memberikan mereka dengan tugas menulis karya ilmiah. Sebagai generasi penerus perkembangan ilmu penegtahuan dan teknologi juga harus disinkronkan dan diadaptasikan dalam kegiatan menulis. Sumber ilmu pengetahuan yang berlimpah di interet harus menjadi modal dalam membudayakan peserta didik dalam menulis. Semakin peserta didik dilatih dalam menulis oleh gurunya maka akan semakin jitu kemampuan siswa dalam menulis. Meningkatkan kesadaran siswa menulis karya ilmiah di masa covid-19 menjadikan siswa tetap eksis dan siap berkompetisi dalam event-event resmi.

Dari Sederhana Hingga Rumit
Salah satu tujuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan (Abidin,2012:14). Pembelajarn bahasa Indonesia mencakup komponen berbahasa dan besastra yang meliputi mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan hasil terakhir dari pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Tidak hanya melalui teori, namun dilaksanakan melalui latihan dan praktik dengan rutin sehingga menghasilkan karya yang sesuai dengan kaidah bahasa. Menuurt Suwarno (2011:106) menyatakan bahwa menulis dengan sederhana dapat diawali dengan melakukan: (1) melihat langsung suatu peristiwa atau objek. Ide adalah kunci utama seseorang dapat melakukan pekerjaan menulis. Ide akan muncul apabila memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Maka dengan melihat objek secara langsung, ide akan mudah untuk didapatkan; (2) mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat, atau menemukan informasi atau data dari buku; (3) menulis draf/membuat kerangka tulisan; (4) menyampaikan kepada orang lain yang dipercaya mampu membimbing dan mengarahkan; (5) menulis ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, bukan pada awal atau saat membuat drafkarena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan, dan (6) mempublikasikan tulisan, merancang desain penampilan (Suwarno 2011:106). Dengan demikian maka menulis identik juga dengan kemampuan berbahasa atau kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan berbahasa seseorang terlihat dari empat aspek keterampilan. Ke empat aspek itu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Umumnya kemampuan mendengarkan dan membaca disebut kemamampuan reseptif sedangkan kemampuan berbicara dan menulis dinamakan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, mestilah banyak mendengar dan membaca. Jago Tarigan (1995:117) menyatakan bahwa menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar “menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur (Donn Byrne,1988:1). Slamet (2007) mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting, di samping keterampilan menyimak, berbicara dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan diberbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupan nanti di masyarakat Untuk menjadi penulis yang baik, maka keterampilan menulis harus diajarkan mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Shanty (2014) menyatakan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dalam berbagai event misalnya kegiatan menulis ilmiah biasanya mulai dari bentuk sederhana hingga rumit. Dalam teknologi atau penemuan baru umumnya harus memiliki rancangan yang dapat diperasikan dengan baik dengan tingkat keakuratan data yang tinggi.

Quantum Learning dan Writing
Dalam kegiatan pembelajaran menulis bisa dilakukan dengan melalui suatu pembimbingan karya tulis. Kegiatan proses belajar mengajar (PBM) bisa juga dilakukan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mencapai suatu tujuan kegiatan pembelajaran (pembimbingan) dibutuhkan suatu model yang mampu menghidupkan suasana kegiatan pembelajaran. Banyak model yang bisa diterapkan dalam kegiatan menulis karya tulis ataupun ilmiah diantaranya adalah quantum learning dan quantum writing. Quantum (kuantum) dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya yang dahsyat. Sebagaimana diutarakan Hernowo, (2004:10) menyatakan bahwa membaca dan menulis adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Quantum learning merupakan sebuah strategi yang dapat meningkatkan ketajaman pemahaman dan ingatan, sehingga proses belajar menjadi menyenangkan dan bermanfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (Depdiknas, 2002), mengatakan bahwa Quantum adalah bagian dari energi yang tidak dapat di bagi lagi. Boby De Porter, (2001) menyatakan bahwa Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum adalah bagian dari energi yang tidak dapat dipecahkan lagi sehingga dapat mengubah energi itu menjadi pancaran cahaya. Adapun Writing merupakan istilah Bahasa Inggris yang berarti menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan sadar yang kompleks untuk mengungkapkan gagasan (ide) dengan ejaan dan tata tulis yang benar melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Hernowo, et,al, Quantum Writing adalah interaksi dalam proses belajar (menulis) niscaya mampu mengubah berbagai potensi menulis yang ada di dalam diri manusia menjadi ledakan/gairah yang dapat ditularkan kepada orang lain. Quantum Writing, merupakan metode pembelajaran interaktif yang diharapkan mampu mengubah berbagai potensi menulis dalam diri manusia menjadi ledakan gairah yang dapat ditularkan kepada orang lain. Hernowo, et,al menyatakan bahwa tujuan metode Quantum Writing yakni (a). Memunculkan sisi-sisi unik yang dimilikinya dan kemudian perlahanlahan dapat dikenalinya secara utuh. (b). Diharapkan dapat memberikan kebaruan tentang menulis. (c). Memunculkan penulis agar dirinya siap dan berani untuk menulis. (d). Untuk memperkaya mental seorang penulis/siswa. Adapun manfaatnya yakni (a) Proses belajar (menulis) praktis dan menyenangkan. (b). Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran menulis. (c). Meningkatkan minat siswa untuk belajar. (d). Meningkatkan motivasi siswa. (e). Meningkatkan kemampuan menulis siswa (sumber: Hernowo,2003). Diharapkan kegiatan menulis yang selama ini dilakukan dilingkungan sekolah sebagai suatu kegiatan yang sulit dan membosankan dikalangan siswa dapat diubah menjasi sebuah kegiatan yang lebih menyenangkan. Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat kondisi belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Intinya Quantum learning adalah model pembelajaran yang mengupayakan keaktifan siswa untuk mengadopsi realita yang mereka peroleh dari lingkungan dengan menumbuhkebangkan rasa percaya pada diri mereka.

Kesadaran dan Minat Siswa
Di masa pandemic Covid 19 saat ini memang kegiatan pembelajaran banyak yang mengalami hambatan. Berbagai metode dalam menulis karya ilmiah untuk siswa sulit diterapkan. Namun perlu disadari bahwa tantangan di masa depa berkemungkinan besar jauh lebih sulit apabila dibandingkan dengan masa sekarang. Berkaitan dengan kondisi masa Covid 19 dibutuhkan suatu kesadaran dari peserta didik untuk senantiasa melakukan aktifitas menulis dalam belajarnya. Berkaitan dengan hal tersebut Ditjen Disdakmen telah mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) guna meningkatkan daya baca siswa. Sedangkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggerakkan literasi bangsa dengan menerbitkan buku-buku pendukung untuk siswa berbasis kearifan lokal. Guru dituntut agar memiliki kesadaran penuh tentang literasi, pada akhirnya kesadaran literasi lebih membumi dan tidak hanya berhenti di dalam kelas. Guru harus memberi contoh dan memotivasi siswa dengan kegiatan literasi. Guru harus menyadari bahwa kegiatan literasi tidak sekadar membaca dan menulis. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam literasi diantaranya, perpustakaan, majalah dinding, pojok baca, resensi buku, sinopsis, sinematografi, jurnalistik, hingga Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Merujuk kembali tentang menulis merupakan salah satu diantara empat keterampilan utama dalam pembelajaran bahasa. Untuk dapat menghasilkan sebuah karya berbentuk tulisan yang baik, diperlukan kemampuan untuk menyampaikan informasi atau pesan secara efektif dengan menggunakan kalimat-kalimat yang bermakna. Umumnya guru yang membimbing siswa dalam menulis karya ilmiah ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses pembelajaran menulis khususnya dikalangan siswa. Menulis tidak hanya tentang grammar melainkan terkait dengan aspek lainnya seperti struktur teks, keruntutan, logika, keberterimaan dan lain sebagianya. Dalam mendesain kegiatan dalam pembelajaran menulis sangat penting diterapkan prinsip-prinsip mengembangkan kegiatan menulis. Menurut Brown (2001) prinsip-prinsip pengembangan kegiatan menulis. Adapun prinsip-prinsinya yakni (1) melibatkan keterlibatan berbagai latihan untuk menjadi penulis yang baik atau efisien (seperti menentukan tujuan menulis, (2) melakukan brainstorming, merencanaan, sampai merevisi tulisan yang sudah dibuat), menyeimbangkan proses dan hasil, (3) mempertimbangkan latar belakang budaya siswa, mengaitkan kegiatan menulis dengan membaca, (4) menyediakan sebanyak mungkin materi-materi yang otentik, (5) melibatkan langkah-langkah penulisan yaitu prewriting, drafting, dan revising, (6) memberikan kesempatan seluasnya kepada mahasiswa untuk berinteraksi, (7) menerapkan metode untuk merespon dan mengoreksi karya tulis siswa dan menjelaskan dan memberikan instruksi dengan jelas. Adapun Graves (1999: 115) menuliskan pelajaran pertama dalam pengajaran menulis karangan adalah bahwa penulis harus menemukan sendiri judul dari karangannya. Sejalan dengan itu Murphy (1999) mengatakan bahwa menulis merupakan keterampilan yang diperoleh dengan latihan, jadi seperti halnya keterampilan hidup yang lain, seperti menari dan olahraga, kemampuan menulis bisa ditingkatkan dengan latihan (Andrews, 1999) dan ekpos terhadap teks tertulis otentik atau natural yang digunakan dalam proses berkomunikasi. Chuk (2004) menyebutkan bahwa hasil penelitiannya menunjukan siswa perlu dibantu untuk secara sadar berfikir tentang diri mereka sebagai seseorang yang sedang belajar. Begitu juga dengan minat memiliki kontribusi terhadap kemampuan peserta didik dalam menulis karya ilmiah. Minat merupakan suatu kecendemngan atau kegairahan yang tinggi maupun keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu beusaha sekuat tenaga dengan menggunakan berbagai fasilitas yang ada agar tujuan yang diinginkan tercapai. Chaplin (2000:246) merumuskan minat dalam tiga buah mmusan, yaitu pertama, sebagai suatu sikap yang mengikatrumuskan perhatian individu ke arah objek-objek tertentu secara selektif. Kedua, perasaan yang berarti bagi individu terhadap kegiatan, pekerjaan sambilan atau objek-objek yang dihadapi oleh setiap individu. Ketiga, kesiapan individu yang mengatur atau mengendalikan perilaku dalam arah tertentu atau ke arah tujuan tertentu. Minat mempakan gejala psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau memberikan perhatian yang penuh terhadap objek tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukannya dapat membuat orang tersebut menjadi senang dan orang tersebut akan melakukannya dengan terus menerus. Untuk dapat mengukur atau mengenal minat menulis seseorang, tidak harus selalu dilakukan secara langsung. Akan tetapi, dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui penelitian atau pengukuran tingkah laku (Azwar, 2001:18). Adapun tingkah laku yang memanifestasikan atau mengekspresikan aspek yang terkandung dalam minat menulis adalah (1) adanya kesadaran bahwa menulis merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi; (2) kemauan atau keinginan, yaitu dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan akal budi; (3) perhatian, yaitu aktivitas yang vital dalam pendidikan; dan (4) perasaan yang mempakan sikap dalam aktivitas menulis. Kesadaran adalah perbuatan atau kegiatan menulis akan berhasil apabila seseorang menyadari kebutuhannya. Kesadaran mempakan hal yang dirasakan dan dialami oleh seseorang. Kesadaran untuk menulis akan mengantarkan seseorang mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga seseorang itu akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. minat menulis. Kemauan merupakan suatu keinginan tertentu yang dapat diulangulang, sedangkan kemauan ialah kekuatan yang sadar dan hidup atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran. Perhatian dan minat umumnya dianggap sama dimana dalam praktiknya, kedua istilah ini selalu bergandengan satu sama lain. Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian, dan apa yang menyebabkan adanya perhatian kita terhadap sesuatu tertentu disertai dengan minat. Perasaan ialah suatu kesadaran kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenai dan bersifat subjektif. Perasaan lebih erat hubungaruiya dengan pribadi seseorang dan berhubungan dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Perasaan merupakan suatu gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala yang dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Dengan demikian perasaan menempatkan minat sebagai motor penggerak psikis yang dapat menimbulkan perasaan senang. Perasaan senang mempakan sikap positif dalam aktivitas menulis, khususnya menulis ilmiah. Semoga Bermanfaat. (Penulis: Guru SMPN 11 Kota Jambi).

Referensi:

Aditama Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.
Fathan,Abu, Enam Jurus Terampil Menulis, Piawai Merangkai Kata, http://media. kompasiana.com/new-media/2012/01/07/enam-jurus-terampil-menulis-piawai-merangkai-kata/
Gary Provost.1999. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis. Semarang: Dahara Prize
Nuttal., Christine. 2005. Teaching Reading Skills: In a Foreign Language. Oxford: Macmillan.
Noer, Muhammad, Gemar Membaca, Terampil Menulis, Artikel padahttp://www. muhammadnoer.com/2011/11/gemar-membaca-terampil-menulis/
Tarigan,Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa

Komentar