Menguatkan Semangat Peserta Didik Belajar di Masa Pandemi Covid-19

Oleh: Nelson Sihaloho

Rasional

Covid-19 saat ini merupakan sebuah fenomena serta menjadi tantangan baru dalam sistem pembelajaran, baik itu terhadap guru, peserta didik maupun orangtua. Kebijakan dan strategi model pembelajaran yang selama ini sering diandalkan bahkan strategi unggul pun lama-lama menjadi strategi semu yang sulit diimplementasikan di lapangan. Tidak ada satu strategi yang boleh dikatakan paling unggul dan paling mutakhir yang bisa mengalahkan straregi pembelajaran berbasis tatap muka. Aplikasi model pembelajaran online pun dituntut untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutan di lapangan. Para orangtua dituntut untuk mampu memfasilitasi sarana prasarana dalam pembelajaran daring di rumah dengan menciptakan iklim belajar kondusif di rumah. Sumber-sumber belajar yang banyak tersedia di internet memang memberikan banyak keuntungan terutama dalam mengatasi maupun menyelesaikan tugas peserta didik dengan tepat waktu. Menghadapi hal tersebut Guru Bimbingan Konseling (BK) dituntut untuk berperan aktif dalam membantu serta mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami peserta didik selama pembelajaran daring.

Adaptasi Memupuk Kebiasaan

Kebiasaan baru adalah mengubah perilaku relasi dan komunikasi masyarakat, termasuk lingkungan pendidikan sekolah. Kini sudah hampir memasuki penghujung tahun 2020 dan peserta didik akan melaksanakan ujian akhir semester I dengan sistem online. Berkaitan dengan hal ini maka guru BK penting mengenali serta menggunakan kecanggihan teknologi untuk dapat menjalankan perannya sebagai mediator antara sekolah dengan peserta didik maupun orang tua. Membangun komunikasi yang baik dengan peserta didik di masa pandemi saat ini sangat penting. Adaptasi jalan untuk memupuk kebiasaan yang baik pada diri peserta didik agar tetap semangat dalam belajar. Penguatan karakter siswa dalam menghadapi masa pandemic Covid-19 tugas guru BK agar tetap menggelorakan semangat siswa dalam belajar.
Guru BK yang professional dituntut untuk mampu mengelola strategi layanan bimbingan konseling dengan baik khususnya dalam menjalin komunikasi interpersonal dengan peserta didik. Strategi layanan bimbingan konseling yang kreatif, guru BK harus mampu memilih teknologi yang tepat dan efektif untuk menguatkan strategi adaptasi dalam memupuk kebiasaan yang baik.
Banyak kalangan menyatakan bahwa peran utama dari guru BK sebagai pelaku terjadinya reformasi sekolah adalah memastikan mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat melalui layanan yang bermutu, komprehensif dan memandirikan peserta didik. Pengembangan kualitas akademik dan non akademik peserta didik juga harus meningkat secara optimal dan signifikan meski di masa pandemic Covid-19. Namun fakta di lapangan seringkali peran guru BK menjadi nomor sekian bahkan selalu “dipinggirkan”. Pandemi Covid-19 yang mewabah dan belum berakhir pada akhirnya telah mengubah sistem layanan bimbingan dan konseling, biasanya dilaksanakan dalam sistem tatap muka sekarang beralih menjadi sistem jarak jauh (daring).
Guru BK yang profesional harus menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh peserta didik, dan memberikan layanan BK membantu mereka untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki serta melonggarkan permasalahan yang dihadapinya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa layanan BK merupakan suatu upaya membantu peserta didik atau konseli mencapai tugas perkembangan dirinya dengan optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja antara guru BK, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah, staf administrasi, orang tua maupun pihak lain. Hal itu dilakukan untuk membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta didik secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pentingnya guru BK dalam membantu permasalahan peserta didik di sekolah, dalam menyelesaikan masalahnya, guru BK perlu mengetahui jenis permasalahannya. Sebab dalam proses mengentaskan permasalahan siswa, guru BK harus terlebih dahulu mengetahui jenis permasalahan siswa dan melakukan analisis kebutuhan berdasarkan data yang konkret dan validitas dari datanya dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga, permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik bisa diselesaikan dengan segera, efektif, efisien serta pencegahannya dapat dilakukan sedini mungkin dan peserta didik dapat berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya. Dengan demikian layanan BK sebagai upaya membantu untuk peserta didik menyelesaikan permasalahan dalam mencapai tugas perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya bisa terlaksanan dengan baik. Dengan demikian adaptasi di masa Covid-19 merupakan proses dalam memupuk kebiasaan peserta didik untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.

Penurunan Nilai Karakter Siswa
Persoalan lain yang muncul adalah penurunan nilai karakter tiap siswa. Hal ini terlihat dari cara berkomunikasi peserta didik ke gurunya dan kesediaan siswa menaati perintah saat diberikan materi ajar, tugas, dan laporan orang tua tentang sikap peserta didk selama di rumah. Peran guru BK tidak bisa serta merta digantikan oleh guru mata pelajaran. Selain persoalan disiplin ilmu yang dikuasai, guru mata pelajaran juga memiliki berbagai kesibukan yang tidak memungkinkan untuk fokus pada masalah siswa. Tugas Guru BK sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi sebab langsung atau tidak langsung akan rendahnya capaian hasil belajar siswa. Guru BK memberikan penguatan serta trik kepada siswa supaya siswa tidak takut, cemas dan putus asa dalam menjalani bejalar dari rumah (BDR) selama pandemi Covid-19.
Karena itu guru BK harus membantu menjembatani komunikasi antara orang tua dan guru dalam upaya penyelesaian masalah siswanya. Sebagai upaya pencegahan dan meminimalisir hal tersebut, pihak sekolah menyosialisasikan kepada seluruh siswa dan orang tua/wali siswa tentang bagaimana pengoperasian media yang digunakan dalam BDR ini. Siswa yang tidak bisa dihubungi wali kelas wajib memberi tahu kepada orangtua. Kemudian orang tua wajib memberitahukan kepada anaknya serta mengantarkan tugas ke sekolah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Jika komunikasi masih belum optimal, guru BK akan membantu berkomunikasi ataupun berkunjung ke rumah yang bersangkutan. Kendati secara formal kegiatan pendidikan masih bisa dilakukan secara daring, namun karena peserta didik harus belajar di rumah, pendidikan karakter sepertinya sedikit terabaikan. Saat ini, ketika kegiatan pendidikan dilakukan secara daring, tidak ada yang bisa menjamin peserta didik mendapatkan pendidikan karakter dari ke dua orang tua mereka sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini diajarkan oleh institusi pendidikan. Keteladanan para pendidik yang dilihat dan dirasakan langsung oleh peserta didik adalah kunci utama pendidikan karakter di lembaga pendidikan. Banyak guru yang mengeluhkan partisipasi siswa ketika pembelajaran daring berlangsung. Apabila pandemic Covid-19 berlangsung lama para generasi muda bangsa akan terbiasa dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang tidak mendidik dan mendewasakan. Fenomena kecanduan game online menambah daftar panjang persoalan moralitas dikalangan peserta didik maupun remaja selama pandemic Covid-19. Pemberlakuan sistem daring BDR berakibat terbatasnya ruang gerak dan interaksi guru dengan siswa. Selain itu, penggunaan perangkat digital sebagai media pembelajaran dalam waktu lama tidak menjamin peserta didik aman dari paparan konten negatif. Aktivitas belajar mengajar beralih dari tatap muka ke interaksi di kelas-kelas digital menyebabkan pengurangan layanan pendidikan dari guru ke siswa. Guru tidak leluasa mengedukasi siswa dalam membimbing, mendidik, mengarahkan maupun memotivasi. Selain itu sistem pembelajaran online menambah jauhnya pengawasan terhadap peserta didik yang sangat membutuhkan perhatian. Bahkan guru tidak bisa langsung memantau perilaku siswa. Pembatasan aktivitas dan ruang gerak juga berdampak bagi psikologis mereka. Tidak sedikit peserta didik mengeluh jenuh dan bosan, sulit berkonsentrasi, kesepian, cemas, stress berlebihan dan emosi yang labil karena sulit beradaptasi dengan kondisi selama pandemic. Berdasarkan laporan dari Unicef (2020), situasi akibat Covid-19 dalam jangka panjang akan memberikan dampak luar biasa bagi anak-anak di Indonesia. Kondisi ini terjadi karena terganggunya stabilitas pendapatan keluarga dan stabilitas sistem pendidikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini ada sedikitnya 45 juta siswa Indonesia yang tidak dapat bersekolah karena Covid-19. Sementara metode pembelajaran jarak jauh berbasis internet mengalami banyak tantangan karena perbedaan karakteristik daerah, tidak meratanya akses internet, hingga perbedaan kapasitas pengajar dan peserta didik di masing-masing wilayah. Unicef (2020) dalam siaran persnya menyatakan bahwa situasi yang diakibatkan oleh Covid-19 dapat membawa konsekuensi jangka panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan masa depan anak-anak di Indonesia. Karena itu abad ke-21 sekarang ini, setiap peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks, penuh dengan tekanan, paradoks, dan tidak menentu. Dalam konstelasi kehidupan tersebut setiap peserta didik memerlukan berbagai kompetensi hidup untuk berkembang secara efektif, produktif serta bermanfaat terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

Penguatan Berkelanjutan

Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi juga layanan khusus yang lebih bersifat psikopedagogik, yakni melalui bimbingan dan konseling (BK). Berbagai aktivitas BK dapat diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik yang efektif serta memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar mereka betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola perilaku yang diharapkan.
BK yang merupakan bagian integral dari program pendidikan harus secara terus menerus untuk memberikan penguatan berkelanjutan terhadap siswa.Tantangan kehidupan yang semakin bervariasi dan makin kompleks membawa konsekuensi terhadap psikologis peserta didik. Pengembangan jati diri peserta didik dapat diupayakan mellaui program BK dengan layanan bimbingan pribadi, belajar, karir, dan sosial. Program BK disekolah memberikan layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan semua aspek hidup peserta didik. BK diselenggarakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi masing-masing peserta didik. Karena itu, empat (4) pemenuhan kebutuhan, pribadi, sosial, belajar, dan karir merupakan kunci keberhasilan terhadap keberhasilan hidup peserta didik di masa depan.
Salah satu yang berpengaruh adalah era revolusi industri 4.0, juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak perubahan sikap yang dialami oleh peserta didik dengan dunia digital, bahkan mereka telah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi. Sikap-sikap yang muncul antara lain kecanduan gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Sudah sepatutnya guru dan guru BK harus berkolaborasi memikirkan upaya yang tepat dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku siswa di era 4.0. Pentingnya guru dan guru BK dalam penguatan pendidikan karakter agar mereka bijaksana dalam menggunakan teknologi sebagai bagian dari revolusi industri. Revolusi 4.0 juga akan berdampak terhadap disrupsi teknologi, hukum, ekonomi, pendidikan, pertanian serta kehidupan sosial lainnya. Penguatan sering diartikan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik terhadap peserta didik atas perbuatan maupun atas responnya yang diberikan sebagai suatu dorogan atau koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka peserta didik akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk penghargaan, penghargaan ini tidak harus selalu berwujud materi, bisa juga dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan. Umumnya penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan keaktifan peserta didik. Melancarkan atau memudahkan proses belajar, membangkitkan dan mempertahankan motivasi. Mengontrol atau merubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang produktif. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar serta mengarahkan kepada cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi.
Melalui pemberian penguatan maka siswa akan terdorong untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat.
Agar penguatan yang dilakukan berhasil maka perlu diperhatikan beberapa prinsip. Diantaranya kehangatan. Kehangatan sikap guru dapat ditunjukkan dengan suara, mimik, dan gerakan badan. Kehangatan yang diberikan guru akan menjadikan penguatan yang diberikan menjadi lebih efektif. Antusias, sikap antusias dalam memberi penguatan dapat menstimulasi siswa untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi aktif. Kebermaknaan bahwa yakinkan pada peserta didik bahwa penguatan yang diberikan guru adalah penguatan yang wajar. Menghindari komentar negatif, apabila siswa tidak mampu menjawab pertanyaan jangan dibentak atau dihina. Pemberian penguatan itu harus setelah peserta didik memperlihatkan respon, jangan sampai ditunda-tunda, karena jika ditunda maka murid akan merasa tidak diperhatikan dan kalaupun diperhatikan hal ini tidak bermakna bagi murid. Menguatkan semangat peserta didik nelajar di masa pandemic Covid-19 sangat penting untuk menjagar energy positif mereka tetap stabil. Stabilitas energy positif yang terdapat pada diri peserta didik akan menjadi pemicu dan motivasi mereka untuk untuk siap menghadapi tantangan di era industri 4.0 dan era society 5.0. Semoga bermanfaat.

(Penulis: Guru SMPN 11 Kota Jambi).

Rujukan:
1. Aji, R. H. S. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia : Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal Sosial & Budaya Syar’i, 7 (5), 395-402.

2. Astiti, P., Suminar, J. R., & Rahmat, A. (2018). Konstruksi Identitas Guru Bimbingan Konseling sebagai Komunikator Pendidikan. Jurnal Kajian Komunikasi, 6 (1), 1-9.

3. Fadli, A. (2020). Mengenal Covid-19 dan Cegah Penyebarannya dengan “Peduli Lindungi” Aplikasi Berbasis Android. Jurnal ResearchGate, 1-6.

4. Nurhayati, N., & Nurfarida, S. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 13. Jurnal Bikotetik, 2 (2), 147-154.

5. Pakpahan, R., & Fitriani, Y. (2020). Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus Corona COVID-19. Jurnal of Information System, Applied, Management, Accounting dan Research, 4 (2), 30-36.

Komentar