Menulis Ekspresif Bermodal Murah

Oleh: Nelson Sihaloho

Rasional:

Cara menulis yang paling praktis, tidak mahal, murah meriah adalah dengan menulis ekspresif.

Di masa pandemic Covid-19 sekarang ini dengan program belajar dari rumah (BDR) menulis ekspresif sangat membantu banyak orang untuk mengekspresikan pengalamannya.

Selain itu menulis ekspresif diyakini banyak kalangan dapat membantu mengurangi gejala dari berbagai masalah fisik maupun mental. Kendati demikian, menulis ekspresif bukanlah satu-satunya teknik penyelesaian masalah. Peserta didik atau siapa sajapun bisa memanfaatkan hari-hari waktu luang untuk menulis.

Tidak menutup kemungkinan dari kegiatan menulis ekspresif tercipta karya-karya fenomenal. Bahkan orang-orang yang terus mengasah kemampuan menulis ekspresinya bisa menghasilkan karya-karya trending dan memiliki rating yang terus diperhitungkan

Sudah saatnya kegiatan menulis ekspresif dimanfaatkan dalam masa-masa pandemic Covid-19 sekaligus merefleksikan situasi-situasi yang kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara dan teknik yang sangat mudah dan berbiaya murah kita hanya memerlukan pulpen, kertas untuk menulis ekspresif.

Menulis Ekspresif
Banyak kalangan pakar ahli memberikan hakikat, defenisi tentang menulis ekspresif.
Termasuk pakar-pakar Bahasa Indonesia  juga banyak memberikan pandangannya tentang menulis ekspresif ini. Menulis ekpresif berarti menuliskan perasaan-perasaan dalam dirinya ke dalam sebuah buku dengan cara menceritakan atau naratif (Pennebaker,1997). “Expressive writing is the act of writing about your personal experiences in order to understand and communicate your own perceptions, interpretations and responses (Salters & Pedneault, 2009). Penelitian Pennebaker, et.al, menunjukkan bahwa apa yang disebut dengan short term focused writing atau menulis fokus dalam jangka pendek dapat memiliki efek yang sangat baik pada orang yang sedang sakit atau sedang menghadapi masalah.

Ditemukan bahwa menghadapi emosi yang melingkupi pemikiran secara mendalam terhadap masalah-masalah personal dapat meningkatkan kesehatan fisik, sebagai langkah untuk menurunkan kunjungan ke dokter dalam satu bulan dengan mengikuti penelitian, dilaporkan penurunan pemakaian aspirin, dan hampir keseluruhan untuk evaluasi jangka panjang sangat positif akibat dari dampak penelitian tersebut (Pennebaker & Beall, 1986).

Seseorang yang telah mendapatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pekerjaan sebelumnya, dengan cepat mendapatkan pekerjaan baru setelah menulis (Pennebaker & Chung, 2007). Pennebaker, et.al, menyatakan bahwa berbicara dan menulis tentang pengalaman-pengalaman emosional keduanya lebih unggul daripada menulis dengan topik-topik yang sepele.
Kebiasaan menulis tentang pengalaman emosional juga bisa menambah variasi dalam berekspresi secara emosional, karena kebiasaan individu untuk mengasosiasikan emosi secara aversive dengan trauma yang mereka hadapi.

Menurut Pennebaker dan Chung (2007) menulis ekspresif memiliki beberapa tujuan.

Pertama, membantu menyalurkan ide, perasaan dan harapan subjek ke dalam suatu media yang bertahan lama dan membuat nya merasa aman.

Ke dua, membantu subjek memberikan respon yang sesuai dengan stimulus nya sehingga subjek tidak membuang waktu dan energy untuk menekan perasaannya.

Ke tiga, membantu subjek mengurangi tekanan yang dirasakannya sehingga membantunya mereduksi stress. Pennebaker & Chung,et.al, menyatakan menulis ekspresif juga memiliki manfaat.

Pertama, merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku.
Ke dua, membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung bahan kimia.
Ke tiga, mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi dan ke empat, hubungan sosial semakin baik dengan masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis ekspresif adalah suatu metode menuliskan ekspresi emosi ke dalam buku, blog atau jurnal pribadi dalam bentuk narasi.

Menyalurkan Emosi Positif

Salah satu cara penyaluran emosi adalah dengan menggunakan tulisan. Menerjemahkan perasaan dan pikiran kedalam kata-kata yang ditulis pada sebuah kertas ataupun media lain dapat menguntungkan secara fisik maupun psikologis. Pranoto (2015) menyatakan bahwa menulis ekspresif merupakan bentuk tulisan untuk melepaskan dan mengeksplorasi emosi dan pikiran yang terdalam paling traumatis yang membuat penderitanya merasa luka batin. Adapun Pannebaker (2017) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki trauma dalam hidupnya sebaiknya mempunyai seseorang yang dapat membantunya melepaskan trauma-trauma yang dialaminya.

Namun apabila seseorang tidak mampu mengutarakan perasaan yang dialaminya maka dapat melakukan pelepasan perasaan melalui menulis sehingga dapat terhindar dari stress.
Pennebaker,et,al menyatakan bahwa “expressive writing adalah kegiatan menuliskan perasaan dan pikiran terdalam terhadap suatu peristiwa traumatis atau pengalaman emosi yang pernah dimiliki.

Salah satu keunggulan dari terapi expressive writing ialah membebaskan para konseli menuangkan segala bentuk rasa kecemasaannya dalam tulisan mereka tanpa harus memperhatikan susunan kata baku atau penulisan bahasa yang baik dan benar (Purnamawini, Setiawan & Hidayat, 2016). Menulis ekspresif adalah suatu proses yang melibatkan pikiran, afeksi dan motorik. Schroder, Moran &Moser (2017) menjabarkan expressive writing melibatkan perasaan dan pikiran terdalam dalam diri seseorang tentang suatu peristiwa tertentu, intervensi ini termasuk sederhana, tetapi dapat mengungkapkan emosi-emosi yang terpendam dalam diri seseorang seperti dapat menurunkan stress, menurunkan migraine, menurunkan kecemasan dan lain-lain.

Menulis ekspresif juga merupakan sebuah proses terapi yang menggunakan metode menulis ekspresif tentang bagaimana pengalaman perasaan yang pernah dialami klien. Expressive Writing bertujuan untuk pencerahan jiwa melalui pelepasan atau kegiatan menulis. Siapa saja berhak melakukannya tanpa pandang bulu.

Expressive writing bertujuan untuk meningkatkan pemahaman diri sendiri, oranglain mapupun lingkungan, meningkatkan kreatifitas, mengekspresikan emosi. Beberapa keuntungan menulis, seperti mengklarifikasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan mengetahui diri sendiri dengan lebih baik.

Menulislah
Menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, terutama pada saat kita sulit untuk mengemukakan isi pikiran dan perasaan yang kita miliki. Mengutip Pennebaker (2018) dalam tulisannya mengenai terapi menulis ekspresif, menjelaskan bahwa sejak dirinya meneliti mengenai topik tersebut, ia mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak.

Terapi menulis ekspresif ini merupakan proses terapeutik yang dapat digunakan oleh seorang praktisi di bidang klinis maupun ilmuwan dalam sebuah penelitian.

Dengan aktifitas menulis dapat membantu mengurangi gejala gangguan psikis karena menulis membantu untuk menuangkan isi pikiran, perasaan, pengalaman dan permasalahan yang kita alami.

Bahkan dengan menulis kita bisa menghasilkan karya-karya penelitian bermutu. Menulis merupakan sarana ataupun media dalam mengekspresikan diri tanpa batas.

Mulai sekarang anda harus membiasakan diri untuk menulis, mengungkapkan isi pikiran dan perasaan yang dialami sebagai suatu proses terapi. Berbagai cara dapat kita lakukan saat menulis ekspresif. Menyiapkan tempat dan waktu untuk menulis.

Kita harus bisa memastikan tempat yang kita gunakan untuk menulis terbebas dari gangguan. Menulislah dengan teratur dan rutin minimal 30 menit selama 7 hari berturut-turut.  Durasi waktu menulis dapat ditingkatkan menjadi 45 menit. Menulis dengan gaya bebas istilah dalam bahasa Indonesia “menulis bebas”. Tuangkanlah isi perasaan anda pada sebuah kertas atau pada note book/laptop anda. Belajarlah anda dari tulisan-tulisan yang anda tuangkan, periksa dan evaluasi selama kegiatan menulis anda lakukan.

Selanjutnya lakukan refleksi terhadap tulisan-tulisan yang telah anda kerjakan. Langkah strategis apa yang akan anda lakukan ke depan dengan pengalaman anda menulis sebelumnya. Ketahuilah bahwa anda bisa menorehkan tulisan anda dari menulis ekspresif.

Tulisan ekspresif anda mungkin bisa melampui karya-karya orang lain sepanjang kita terus menuangkan ide-ide brilian. Ingat, anda  berhenti menulis maka potensi anda akan terkungkung semakin lebih dalam. Menulis ekspresif merupakan suatu bentuk pengungkapan diri, dengan cara bebas berekspresi sesuai dengan cara setiap individu.  Dengan teknik menulis ekspresif dapat mengatasi kecemasan dan mengurangi kecenderungan seseorang memikirkan hal yang dikhawatirkan.

Mengatasi Masalah Psikologis
Menulis membantu seseorang ataupun dalam menuangkan isi pikiran, perasaan, pengalaman dan permasalahannya selama ini yang tidak bisa diungkapkan. Berdasarkan analisis naratif hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Ul Hasanat (2011) mengenai pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan depresi pada mahasiswa tahun pertama. Terbukti menunjukkan hasil bahwa melalui menulis, subyek dapat menuliskan segala permasalahan yang dialami berikut dampak terhadap subjek, yaitu gejala dari depresi (putus asa, perasaan sedih berlebihan, perasaan bersalah dan tidak berminat melakukan aktivitas).

Selain itu melalui tulisan yang dihasilkan dapat memfasilitasi subyek untuk mengembangkan pemikiran tertentu berkaitan dengan kejadian yang dialami. Hasil penelitian Rahmawati (2014) juga membuktikan bahwa melalui terapi menulis ekspresif mampu menurunkan tingkat stress pada anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Termasuk penelitian yang dilakukan oleh Fitria, Faradina, Rizqina, Jannah, Fajri, Hadi, Sari, A’la (2016) bahwa menulis sebagai media dan sarana untuk berkeluh kesah tanpa batasan pada anak-anak yang ada di panti asuhan.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa menulis, tidak hanya untuk mengungkapkan pikiran dan menjelaskan gagasan. Secara psikologis menulis dapat memulihkan seseorang secara psikis dan membantu meningkatkan kesehatan mentalnya.
Modal Murah dan Praktis

Di masa pandemic Covid-19 sekarang ini menulis paling murah dan praktis adalah dengan teknik menulis ekspresif.

Khusus peserta didik sesuai anjuran pemerintah pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan moda daring (online) atau belajar dari rumah (BDR).  Dengan waktu yang banyak luang peserta didik bisa memanfaatkannya dengan kegiatan menulis ekpresif.

Sepanjang jaringan internet bisa online dan peserta didik memiliki notebook/laptop bisa menuangkan ide-idenya dengan kegiatan menulis ekspresif. Tidak perlu terikat pada gaya dan tata bahasa, struktur karangan sebagaimana dianjurkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan menulis ekspresif tuangkanlah ide-ide atau masalah apa saja yang anda alami selama BDR. Ungkapkan dan ekspresikanlah dalam bentuk tulisan dan benar-benar anda rasakan. Menulis ekpresif adalah wahana paling murah dan praktis dan boleh dikatakan bermodal minim.

Meski dengan modal minin bisa saja ide-ide yang kita tuangkan dalam bentuk tulisan ekspresif tersebut merupakan ide brilian. Ide brilian tidak akan pernah muncul ke permukaan apabila tidak pernah kita tuangkan dalam bentuk karya atau tulisan.

  Penulis-penulis hebat dengan karya-karyanya yang brilian adalah orang-orang yang secara terus menerus selalu mengasah kemampuannya. Ibarat besi yang masih majal apabila terus menerus diasah akan semakin tajam. Ada pepatah mengatakan menulislah anda diatas batu hingga batu tersebut terukir tulisan atau prasasti yang sulit dihapus.

Mengartikan bahwa ada kesan yang sangat mendalam serta mempengaruhi jiwa seseorang dalam menulis ekspresif. Di era teknologi informasi dan komunikasi dengan sumber informasi yang berlimpah \diperoleh di internet seharusnya menyadarkan kita bahwa karya-karya yang kita tuangkan melalui menulis ekpresif bisa kita publikasikan secara online.
Bisa kita kirimkan ke media online resmi yang memiliki jadwal terbit tetap rutin setiap hari serta memiliki website resmi. Karena itu mari kita menulis, dengan menulis juga bisa menyehatkan mental, meningkatkan daya ingat serta meningkatkan daya jelajah kemampuan otak kita dalam menulis ekspresif. Tidak menutup kemungkinan dengan menulis ekspresif bermodal murah akan lahir karya-karya brilian dari ide-ide yang kita tuangkan. Semoga.

(Penulis: Guru SMP N egeri 11 Kota Jambi)

Rujukan

1. Bolton, G. (2011). Write Yourself Creative Writing And Personal Development.London: Jessica Kingsley Publisher
2. Fitria, Faradina, Rizqina, Jannah, Fajri, Hadi, Sari, A’la (2016). Menulis Ekspresif Untuk Anak Jalanan : “Suatu Metode Terapi Menulis Dalam Diary Melalui Modul Eksperimen”. Jurnal Psikoislamedia 1(1)
3. Pennebaker, J. W., Smyth, J. M. (2016). Opening Up By Writing It Down How Expressive Writing Improves Health And Eases Emotional Pain. New York: Guilford Press
4. Pennebaker, J.W. (2018). Expressive Writing in Psychological Science. Perspektif on Psychological Science 13(2), 226-229
5. Rahmawati, M. (2014). Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan 2(2)
6. Susilowati, G,T, Ul Hasanat, N. (2011). Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Depresi Pada Mahasiswa Tahun Pertama. Jurnal Psikologi 38 (1), 92-107

https://www.instagram.com/p/CFO16fkABOb/?igshid=11bx2jj0dj6q9

Komentar