Oleh: Nelson Sihaloho
Rasional
Guru sebagai profesi saat ini dituntut untuk selalu melakukan adaptasi terhadap perubahan maupun perkembangan teknologi.
Teknologi hasil ciptaan manusia yang terus berkembang pada akhirnya memunculkan syndrom tidak ada teknologi yang paling hebat dan abadi. Semua pada masanya akan berkahir dan digantikan dengan teknolog baru yang serba mutakhir. Para ilmuwan teknologi akan selalu berupaya merebut pengaruh serta ingin mendapatkan pengakuan bahwa teknologi yang mereka ciptakan adalah yang terbaik di zamannya.
Persaingan teknologi seakan tidak pernah berhenti termasuk dalam teknologi pembelajaran. Pada akhirnya kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi utamanya bidang teknologi pendidikan. Menghadapi era globalisasi dan industry 4.0, guru dituntut untuk memiliki semangat belajar yang tinggi termasuk kemampuan mengajar yang mumpuni. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada peran strategis guru termasuk kemampuannya dalam menghadapai era masa depan. Peran manusia mengalami disrupsi dengan banyaknya peran manusia tergantikan oleh mesin-mesin, kecerdasan buatan maupun robot-robot cerdas.Di masa pandemic Covid-19 saat ini guru seakan sulit melaksanakan tugas mengajar ataupu menjalin hubungan emosional bermutu dengan peserta didik. Bahkan sudah semakin banyak guru yang kurang layak menjadi teladan terhadap para siswa maupun terhadap warga sekolah.
Berdasarkan rencana strategis tahun 2020 hingga 2024, kementerian pendidikan dan kebudayaan mempunyai visi terbentuknya sumbrdaya manusia (SDM) Indonesia sebagai insan yang berkarakter dan sebagai sumber daya pembangunan yang produktif.
Salah satu rencana pemerataan pendidikan yang berkualitas melalui pendidikan berbasis STEM (science, technology, engineering, and mathematics).
Perbaikan SDM
Ditengan pandemic Covid-19 perbaikan SDM memang sulit dilakukan apalagi berkaitan dengan peningkatan kompetensi. Dengan tingkat persaingan yang semakin ketat serta kompetitif perbaikan SDM memang sangat urgensial untuk dilakukan. Berbagai pihak maupun pakar pendidikan menawarkan berbagai solusi yakni mengubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Diantaranya mengubah sifat dan pola pikir peserta didik yang terjadi saat ini. Pentingnya peran sekolah dalam mengasah dan mengembangkan bakat generasi penerus bangsa. Perubahan metode pembelajaran dalam dunia pendidikan juga menuntut adanya konsekuensi ketersediaan teknologi. Menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, kompetitif. sesuai tuntutan teknologi digital. Big Data dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan karena dengan penggunaannya seorang pengajar dapat meneliti dan menganalisa kemampuan anak didik dengan mudah.
Ada lima kompetensi itu dianggap sebagai modal yang sangat dibutuhkan agar mampu bersaing dalam era revolusi industri 4.0.
Pertama, kemampuan berpikir kritis.
Ke dua, memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif.
Ke tiga, kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik.
Ke empat, kemampuan kerjasama serta ke lima, memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Peran pendidikan menjadi sangat penting dalam menghasilkan SDM berkualitas. Banyak kalangan menyatakan bahwa dunia digital yang semakin berkembang akan menimbulkan dua sisi yang berlawanan terutama pengembangan literasi digital.
Penetrasi internet yang tinggi terhadap peserta didik dapat meresahkan banyak pihak. Perilaku berinternet yang kurang sehat terlihat dari menyebarnya informasi/ berita hoaks, ujaran kebencian dan intoleransi di media sosial. Teknologi digital di era revolusi industri 4.0 memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman dalam kehidupan sehari-hari tanpa batas.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang semakin kritis dan kreatif. Karena itu literasi digital di era revolusi industri 4.0 harus dikembangkan sebagai mekanisme pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum .
STEM dan Kelas Pintar
STEM merupakan reformasi pendidikan yang kini berkembang menjadi salah satu fokus kebijakan pendidikan yang paing utama saat ini.
Dalam pendidikan STEM, keterampilan dan pengetahuan bidang STEM digunakan secara bersamaan oleh peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga siap menghadapi dunia usaha/industri. STEM bermula dari SMET, singkatan dari sciene, mathematics, engineering, technology. Pada 1990-an, National Science Foundation (NSF) menciptakan istilah untuk menekankan pentingnya empat disiplin ilmu yang berbeda tersebut. Di Amerika Serikat, engineering, technology merupakan bidang yang harus dikuasai oleh banyak pekerja untuk menghadapi persaingan pasar global. Tingkat pemahaman yang tinggi dalam sciene, mathematics, engineering, technology adalah sumber pengetahuan penting. Saat ini pintar, solusi belajar online bermunculan di berbagai medsos. Berbagai bentuk tawaran “kelas pintar” bahkan “kelas jenius” bermunculan di internet dengan berbagai keunggulan lainnya.
Guru masa kini dan era industri 4.0 harus melek teknologi, kreatif serta memiliki karakter yang baik. Karena itu agar bisa maju, sebuah negara harus melakukan perubahan di berbagai bidang. Menghadapi revolusi industri 4.0 bukan persoalan mudah.
Masa kini merupakan era internet yang dipenuhi dengan segala kecanggihan dan kemudahan, mulai dari kecerdasan buatan, bioteknologi, kendaraan otonom, nanoteknologi, dan robot (BBC Newsbeat, 2017). Generasi Z dicirikan dengan karakter yang kurang fokus ketimbang generasi milenial, tetapi lebih serba praktis; lebih individual, lebih global, lebih berpikiran terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih banyak yang berwirausaha, dan tentu saja lebih ramah teknologi (Adam, 2018).
Guru yang profesional memiliki kemampuan untuk memetakan tumbuh kembang peserta didik dan cara untuk terus mendorong pertumbuhannya, baik pengetahuan, kemampuan, kompetensi dan karakter.
Peserta didik yang memiliki kemampuan akademik istimewa perlu diuji untuk memberikan kesempatan terhadap yang bersangkutan dalam membangun ketahanan dirinya. Ketahanan merupakan kunci yang amat diperlukan dalam Revolusi Industri 4.0. Berbagai kalangan juga menyebutkan bahwa penggunaan teknologi dapat memberikan manfaat maupun kekurangan, baik terhadap peserta didik maupun guru di sekolah. Untuk peserta didik, teknologi dapat membantu memudahkan belajar. Peserta didik menjadi lebih banyak berinteraksi dengan gawai dibandingkan dengan orang-orang di sekelilingnya. Betapapun modernnya kemajuan teknologi, tidak dapat menggantikan peran guru atau mengubah guru menjadi robot canggih. Itulah sebabnya revolusi industri 4.0 telah membawa banyak perubahan maupun tantangan terhadap manusia termasuk karakteristik generasi peserta didik.
Peningkatan Mutu
Kunci peningkatan kualitas SDM yakni mudahnya mengakses pendidikan berkualitas kepada generasi muda. Generasi muda kita saat ini telah memasuki era generasi milenial sangat erat kaitannya dengan revolusi industri global four point zero (4.0). Rakyat memiliki hak menikmati pendidikan yang layak, adil serta merata untuk semua warga negara sebagai dasar landasan proses terciptanya SDM yang unggul. Pendidikan berkualitas, harus didukung sarana, prasarana, guru yang berkualitas. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pelatihan-pelatihan untuk para guru, akreditasi lembaga pendidikan wajib didukung. Upaya-upaya agar mutu bidang pendidikan terus meningkat harus datang dari berbagai elemen bangsa terutama yang berkompeten seperti pemerintah dan legislatif.
Itulah sebabnya akses pendidikan yang berkualitas sangat dibutuhkan generasi milenial. Bangsa kita memiliki permasalahan besar terhadap generasi muda karena masih banyak yang tidak memiliki akses pendidikan yang layak akibat kemiskinan. Hal demikian tidak boleh dibiarkan berlarut-larut agar bangsa ini tidak mengalami lost generation.
Maraknya inovasi pembelajaran berbasis online akibat Pandemi Covid-19 saat ini yang sifatnya terbuka, saling berbagi, serta terhubung dan berjejaring. Ruang kelas pada akhirnya mengalami evolusi ke arah pembelajaran digital. Pola demikian akhirnya menciptakan pembelajaran kreatif, partisipatif serta beragam. Banyak teknologi baru yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Dibalik manisnya berbagai tawaran kemudahan produk Revolusi Industri 4.0, ternyata menyimpan sifat disruptif sangat serius, menenggelamkan pola lama termasuk ancaman pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sebab dengan akses data yang mudah diperoileh menyebabkan orang plagiatis, melakukan kecurangan, ancaman terjadinya pikiran pintas di mana peserta didik seperti terlatih untuk berpikir pendek.
Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Era disrupsi adalah era revolusi industri 4.0 ditandai dengan perubahan fundamental dalam kehidupan yang lebih efisien dan bermanfaat. Inovasi teknologi digital melalui penguasaan Iptek memiliki relevansi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan termasuk kualitas hidup.
Mengutip Wibowo (2018) menyatakan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memelopori kemajuan sebuah bangsa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa betapa penting keberadaan seorang guru ditengah-tengah masyarakat.
Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut guru harus adaptif dengan perkembangan zaman guna meningkatkan profesionalisme. Masyarakat pada era ini masyarakat kini berubah ke masyarakat digital, maka guru harus mentransformasikan diri sesuai dengan perkembangan Iptek. Guru juga harus melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi.
Mengutip Susanto (2010) terdapat tujuh tantangan guru di era industri 4.0.
Pertama teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
Ke dua, teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengonstruksi makna (konsep).
Ke tiga, teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
Ke empatteaching and technology, mengajar dan teknologi.
Ke lima, teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
Ke enam, teaching and choice, mengajar dan pilihan. Ke tujuh, teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Sedangkan Yahya (2010) menyatakan bahwa tantangan guru di era 4.0 yakni pertama, pendidikan yang berfokus pada character building.
Ke dua, pendidikan yang peduli perubahan iklim.
Ke tiga, enterprenual mindset, ke empat, membangun learning community.
Ke lima, kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21 maka guru harus memahami dan memiliki kompetensi. Sedikitnya ada 3 aspek penting dalam kompetensi abad 21 yakni karakter. Karakter dalam kompetensi abad 21 terdiri dari karakter yang bersifat akhlak (jujur, amanah, sopan santun). Karakter kinerja (kerja keras, tanggung jawab, disiplin, gigih).
Kemudian keterampilan yaitu keterampilan yang perlu dimiliki oleh guru masa kini untuk menghadapi peserta didik abad 21 antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Keterampilan-keterampilan tersebut penting dimiliki oleh guru masa kini, agar proses pendidikan yang berlangsung mampu menghantarkan dan mendorong anak didik untuk menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan zaman. Terakhir adalah literasi, kompetensi abad 21 mengharuskan guru melek dalam berbagai bidang. Setidaknya mampu menguasai literasi dasar seperti literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarganegaraan dan kebudayaan. Kemampuan literasi dasar ini menjadi modal bagi para guru masa kini untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif.
Dengan demikian di era industry 4.0 guru harus adaptif terhadap perkembangan zaman termasuk untuk tidak sepenuhnya terlalu bergantung pada teknologi. Sebab tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Perlu digaris bawahi bahwa era industry 4.0 juga bisa membuat seseorang kehilangan esensi kemanusiaannya.
Peran guru secara utuh adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, orang tua di sekolah tidak bisa digantikan sepenuhnya dengan kecanggihan teknologi. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi setiap anak didik. Tugas guru sebagai pendidik adalah menanamkan nilai-nilai dasar pengembangan karakter anak didik dalam kehidupannya, guru juga harus, menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator.
Aspek-aspek ini penting untuk dijalankan oleh guru karena tidak dapat diajarkan oleh mesin. Profesi guru ditengah perubahan teknologi akan menyadarkan kita bahwa perkembangan Iptek akan terus terjadi dengan dinamis.
Masa-masa kecanggihan teknologi akan berakhir apabila ditemukan system teknologi yang lebih cangih dan lebih baru lagi. Kita harus waspada bahwa ditengah perubahan global semakin banyak hak kekayaan intelektual menyerupai sama namun bisa dilacak siapa sesungguhnya penemu awalnya. Semoga ditengah semakin maraknya perkembangan Iptek, para guru semakin menguatkan kinerja profesionalismenya kea rah yang lebih baik.
(Penulis: Guru SMP Negeri 11 Kota Jambi).
Rujukan
1. Christensen, Clayton M. et.al. 2015. Review. The Big Idea: What is Disruption Innovations? Harvard Business School. http://www.claytonchristensen.com
2. Donni Juni Priansa, 2014, Kinerja dan Profesionalisme Guru: Fokus pada Peningkatan Kualitas Pendidikan, Sekolah, dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
3. Kasali, Rhenald. 2017. Meluruskan Pemahaman Soal Disruption. https://kompas.com
4. Wibowo, Mungin E. 2018. Tantangan dan Peluang Bimbingan dan Konseling dalam Pusaran Disrupsi Sosial dan Budaya. Seminar Nasional di UAD tanggal 28 Januari 2018.
Komentar