Gali Potensi Siswa dengan Deep Learning

Oleh: Nelson Sihaloho ( Guru SMPN 11 Kota Jambi)

ABSTRAK:

Pendidikan di era digital saat ini tidak hanya berfokus pada penguasaan materi. Namun perlu diimplementasikam dengan cara mendalam terutama memahami serta menerapkan pengetahuan. Semakin maraknya teknologi kecerdasan buatan (AI), munculnya istilah deep learning dalam dunia pendidikan sesungguhnya bukanlah hal baru. Hal tersebut dapat ditelisik degan upaya perbaikan kurikulum  (inovasi kurikulum) melalui  inovasi dokumen, inovasi pengembangan dan inovasi praktek kurikulum di dalam kelas. Marton&Saljo (1976) mengidentifikasi dua level proses belajar yang dinamakan “surface process” dan “deep process”. Surface level process ditandai bila siswa hanya belajar text itu sendiri atau hanya melalui proses menghafal. Deep level process siswa belajar menangkap arti dari materi yang sedang dipelajari, belajar untuk mengerti dan mengidentifikasi hubungan antar konsep dan variable-variabel yang dipalajari. Surface level process ditandai bila siswa hanya belajar text itu sendiri atau hanya melalui proses menghafal.

Deep level process siswa belajar menangkap arti dari materi yang sedang dipelajari, belajar untuk mengerti dan mengidentifikasi hubungan antar konsep dan variable-variabel yang dipalajari. Pada Kurikulum Merdeka, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), diduga oleh sebagian sekolah menganggap P5 ini seakan menjadi mata pelajaran baru. Sebab fakta dilapangan ada koordinator gurunya, waktunya terpisah, dan nilainya pun terpisah dari nilai rapor biasa, yaitu terdapat nilai rapor P5. Selain masih banyaknya jumlah mata pelajaran per semester kondisi demikian menjadikan beban siswa terlalu tinggi.

Akibatnya  siswa sulit untuk belajar dengan cara mindful, meaningful serta joyful. Siswa belajar dengan cara mindful, meaningful serta joyful potensinya dapat digali dan ditingkatkan kearah yang lebih baik. Diharapkan dengan penerapan “deep learning” pada satuan pendidikan, mutu serta kualitas pendidikan kita semakin meningkat.

Kata kunci: potensi, deep learning
Deep learning

Pendekatan deep learning hanya dapat diterapkan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang baik, yang memahami struktur dan kedalaman materi secara mendalam, sehingga dapat membimbing siswa untuk mempelajari materi lebih dalam dengan pendekatan pedagogis yang tepat.

Dalam perkembangannya deep learning banyak kalangan para ahli yang memberikan hakikat serta defenisinya.   Biggs (1988: 130) menegaskan “ deep learning is used by many the more successful students in high school and university, they search for structure and meaning and do so while organizing their time and context optimally”. Artinya deepapproach to learning sangat penting dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran.  Keterlibatan mental siswa secara mendalam dalam operasi berfikir, menganalisa, mensintesa hingga pada tahap menemukan apa yang dituntut oleh tujuan pembelajaran kompetens/ materi yang sedang dipelajari akan meningkatkan pengauasaan  materi pelajaran secara tingkat tinggi. Contoh lainnya adalah  perubahan pola pembelajaran di dalam kelas dari traditional rote learning menjadi inquiry based learning.

Mengutip  Joyce & Weil, (1991:198),  inquiry adalah “designed to bring students directly into scientific process through exercise that compress the scientific process into small periods of time”. Intinya bahwa inquiry adalah pola dan pendekatan pembelajaran dengan meletakkan siswa sebagai subjek dan harus didorong menemukan sendiri apa yang sedang mereka pelajari.
Inquiry based learning, dikenal ada level dalam proses pemebelajaran, yaitu surface learning  (belajar dangkal) dan deep learning (belajar mendalam). Inquiry based learning akan berkorelasi dengan deep learning .  Brown&Atkin (1991) juga membedakan proses belajar siswa atas dua yaitu “surface learning” dan “deep learning”. Deep learning ditandai oleh proses keaktifan siswa untuk mmenemukan arti dan pengertian terhadap materi yang sedang dipelajari, sedangkan surface learning ditandai oleh proses menghafal materi yang sedang dipelajari. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran tingkat tinggi (higer involvement) adalah suatu yang sangat penting untuk mewujudkan hasil belajar yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan pendekatan belajar mendalam (deep learning approach) harus melakukan proses pembelajaran berbasis riset.

Menurut Gay, 1992:7, riset (research)  “ is the formal,  systematic application of scientific methods to the study of problems”. Belajar dengan melakukan penelitian atau setidak-tidaknya memakai pola pemikiran riset dalam pembelajaran akan membawa anak didik ke dalam proses belajar mendalam. Adapun Bransford, Brown, dan Cocking (2000) dalam karya How People Learn, mereka menjelaskan:“Deep Learning is the process of connecting new knowledge to prior understanding and applying this knowledge in meaningful ways to solve problems.”(Deep Learning adalah proses menghubungkan pengetahuan baru dengan pemahaman sebelumnya dan menerapkan pengetahuan ini secara bermakna untuk memecahkan masalah.) Sedangkan Fullan, Langworthy, dan Barber (2014). dalam karya mereka tentang transformasi pendidikan, “Deep Learning in education is the process of acquiring knowledge in a way that students can apply critical thinking, creativity, and problem-solving skills to real-world challenges.” (Deep Learning dalam pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan di mana siswa dapat menerapkan pemikiran kritis, kreativitas, dan keterampilan pemecahan masalah pada tantangan dunia nyata. Ahli lainnya yakni Barbara Oakley (2014) Dalam bukunya A Mind for Numbers, Oakley mendeskripsikan: “Deep Learning involves the ability to form strong mental models of concepts through deliberate practice, spaced repetition, and connections between ideas.” (Deep Learning melibatkan kemampuan membentuk model mental yang kuat melalui latihan yang disengaja, pengulangan berkala, dan hubungan antar gagasan. Hattie dan Donoghue (2016),
mendefinisikan Deep Learning sebagai:“The process where learners develop a deep understanding of content, which enables them to transfer knowledge to new contexts and adapt it creatively.”(Proses di mana peserta didik mengembangkan pemahaman mendalam terhadap konten, yang memungkinkan mereka mentransfer pengetahuan ke konteks baru dan mengadaptasinya secara kreatif. Dengan demikian jelas bahwa deep learning dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada pemahaman materi dengan cara mendalam, tetapi juga bagaimana siswa dapat mengaitkan, menerapkan serta mengembangkan pengetahuan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata terutama di era digital.

Deep Learning di Era Digital

Sebagaimana diketahui bahwa deep learning merupakan salah satu metode pembelajaran. Model deep learning bisa dipadukan dengan menggunakan teknologi digital  dengan menggunakan jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) untuk menganalisis data. Dalam dunia pendidikan, deep learning dapat diterapkan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih adaptif, personal, dan efisien. Dinamika serta perkembangan teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan belajar. Agar mampu bersaing di era digital siswa dituntut untuk terus belajar meningkatkan kemampuan maupun kecakapan hidupnya. Kecakapan hidup sangat penting dimiliki oleh siswa agar bisa bertahan hidup di era serba kompetitif. Kendati era digital menawarkan banyak kemudahan, berbagai tantangan muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Tantangan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk keamanan, keterampilan, dan adaptasi sosial. Di era digital juga mengakibatkan overload informasi. Semakin banyak saja informasi yang tersedia dapat membuat sulitnya memilah mana yang benar relevan hingga bermunculan berita palsu (hoaks).

Karena itu peningkatan kemampuan literasi digital sangat diperlukan termasyk dalam mempelajati ketrampilan digital baru.
Dalam menghadapi era digital diperlukan kesiapan serta keterampilan yang tepat. Beberapa diantaranya adalah mengasah hard skill, memperkaua soft skill, mengelola banyak informasi, menguasai bahasa asing. Penggunaan teknologi internet harus disertai dengan pemahaman maupun kemampuan kognitif yang cerdas. Sebagaimana diketahui bahwa informasi merupakan sebuah entitas yang berpotensi untuk menjadi sebuah kekuatan sekaligus sumber kebingungan terhadap banyak orang.

Untuk menjadi orang yang melek informasi dibutuhkan penguasaan sejumlah keterampilan baru, antara lain kemampuan untuk menempatkan dan menggunakan informasi untuk keperluan dalam  memecahkan masalah maupun mengambil keputusan secara lebih efektif. Literasi informasi berbeda dengan literasi digital. Literasi informasi fokus pada pemahaman kebutuhan informasi seseorang, dilakukan dengan kemampuan untuk menemukan dan menilai informasi yang televan serta menggunakannya secara tepat. Literasi digital dimaknai sebagai kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan tak berurut berbantuan komputer.

Dalam deep learning pembelajaran aktif akan semakin lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman serta keterampilan siswa. Sebab melibatkan seluruh siswa secara langsung dalam proses belajar. Pembelajaran aktif akan semakin meningkatkan partisipasi siswa, mendorong kreatifitas dan berpikir kritis. Meningkatkan kemampuan sosial siswa, meningkatkan motivasi serta minat belajar siswa,  Pada saat siswa merasa terlibat  mereka akan lebih cenderung untuk mengeksplorasi materi dengan lebih dalam.

Menggali Potensi Siswa

Pada dasarnya deep learning di bidang pendidikan merujuk pada model pembelajaran yang mendorong siswa untuk menggali pengetahuan lebih dalam, berbeda dengan sekadar pembelajaran hafalan. Metode ini berorientasi pada pembelajaran aktif, kolaboratif, dan berkelanjutan. Deep learning sangat penting diterapkan selain mendorong siswa untuk tidak hanya mempelajari fakta atau informasi secara dangkal, namun juga untuk memahami serta memproses informasi tersebut dengan cara yang lebih mendalam.

Deep learning berperan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebab siswa yang belajar dengan cara mendalam lebih mungkin mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga mereka dapat mencapai pemahaman yang lebih kompleks dan terintegrasi. Beberapa ciri khas pembelajaran deep learning antara lain, pembelajaran berpusat pada siswa, penggunaan metode belajar aktif seperti diskusi, pemecahan masalah, proyek, serta evaluasi yang tidak hanya mengukur hafalan tetapi juga pemahaman mendalam.

iniMelalui pembelajaran berpusat pada siswa memungkinkan mereka untuk berperan lebih aktif dalam menemukan dan membangun pengetahuan, menjadikan mereka peserta aktif dalam proses belajar.

Beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menerapkan deep learning di kelas, di antaranya adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) serta diskusi kolaboratif.
Untuk menggali potensi siswa deep learning dapat dilakukan dengan memadukan teknologi pembelajaran terutama di era digital berbasis internet. Semakin banyak guru menyediakan serta memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan dinamis berpotensi besar untuk mampu menggali lebih dalam potensi mereka. Evaluasi seperti rubrik proyek, presentasi, atau laporan refleksi akan sangat membantu guru menilai pemahaman mendalam siswa serta kemampuan mereka untuk mengaitkan konsep dengan situasi kehidupan sehari-hari. Penerapan deep learning siswa akan menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi situasi yang menantang serta mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka di luar konteks akademis. Dengan demikian maka dalam konteks kurikulum sekolah, deep learning membawa pendekatan baru yang menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, analisis mendalam, dan pengaplikasian ilmu dalam konteks yang relevan. Melalui penerapan pendekatan deep learning diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global. Deep learning bukanlah kurikulum baru dan pendekatannya lebih berorientasi pada pendalaman materi.

Dengan penekanan pada sikap kritis, diharapkan siswa dapat mengembangkan ruang untuk bertanya dan belajar lebih aktif. Diakui banyak pihak penerapan deep learning perlu disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, terutama yang bersifat hafalan. Model deep learning menuntut pembelajaran dengan materi yang lebih sedikit namun lebih mendalam. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin menjadikan siswa tidak hanya tahu, tetapi juga memahami dengan baik. Penerapan deep learning membawa berbagai manfaat, seperti memperkuat keterampilan berpikir kritis, kontekstualisasi pengetahuan, serta pembelajaran mandiri dan kolaboratif. Penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), robotika, big data, dan blockchain yang mulai digunakan untuk menghubungkan dunia fisik dengan dunia digital. Demikian juga dalam pembelajaran integrasi deep learning dengan AI akan menciptakan solusi yang lebih efisien dan efektif. Tidak hanya menjadi alat, tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang membantu guru dalam mencapai pengembangan potensi siswa seutuhnya. Ketersediaan akses internet yang merata sangat penting untuk memantau bahwa semua siswa saling terhubung untuk memanfaatkan teknologi digital.

Teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Beberapa tantangan yang harus diatasi seperti kurangnya akses ke teknologi, kurangnya keterampilan teknologi termasuk masalah keamanan data. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dapat memunculkan masalah baru seperti kurangnya interaksi sosial antara siswa dan guru, dan kurangnya pengalaman belajar.  Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dapat mengubah cara siswa belajar dan berinteraksi dengan guru dan teman sekelas.

Dalam kaitan ini diperlukan adanya pemahaman serta penyesuaian dalam menghadapi perubahan. Penggunaan teknologi juga memberikan pengalaman belajar terhadap siswa baik itu penggunaan platform pembelajaran online, aplikasi mobile, dan perangkat lunak pembelajaran yang inovatif. Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengharuskan kita untuk siap menghadapi perubahan dunia terutama dalam bidang pendidikan. Di era society 5.0, manusia dituntut untuk dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi teknologi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Society 5.0 merupakan perkembangan dari revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sedangkan society 5.0 memfokuskan kepada komponen teknologi dan kemanusiannya. Deep learning dapat diaplikasikan serta diimplementasikan dengan memanfaatkan teknologi seperti perangkat lunak pembelajaran, aplikasi mobile, dan platform pembelajaran online. Perlu digarisbawahi bahwa kurikulum dalam pembelajaran deep learning  dapat dirancang bermutu sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Termasuk penggalian potensi siswa yakni keterampilan digital serta teknologi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan. Kurikulum harus dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Perlu diingat bahwa siswa juga dituntut untuk cerdas spiritual. Teknologi baru memiliki potensi untuk mengubah kehidupan dengan cara yang positif. Era society 5.0 manusia khususnya siswa dituntut untuk  dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 yang berpusat pada teknologi. Karena itu pendidikan memiliki peran yang penting dalam perkembangan era Society 5.0 yaitu untuk memajukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kendati semua pengetahuan bisa dicari dengan menggunakan internet, juga dibutuhkan kemampuan melek dengan teknologi, memiliki kemauan mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Kemampuan menulis misalnya diharapkan akan mendorong dan mengasah kreatifitas, ide atau inovasi baru. Sedangkan kemampuan memecahkan permasalahan adalah kemampuan siswa  dalam menghadapi kondisi Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). Kondisi ini tidak dapat kita prediksi serta dapat terjadi di era digital saat ini. Teknologi telah memungkinkan pembelajaran menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses bahkan memberikan peluang untuk pengembangan diri yang lebih luas. Era Super Smart Society  mrupakan era dimana masyarakat harus menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai macam inovasi yang lahir di era revolusi industry.

Digitalisasi akan mempermudah proses belajar mengajar siswa, sebab para siswa dapat mengakses bahan ajar ataupun bahan ujian dalam satu jaringan. Pengembangan kurikulum saat ini dan di masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi pedagogik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama (kolaborasi), berpikir kritis serta kreatif. Hal iannya adalah mengembangkan soft skill dan transversal skill, serta keterampilan tidak terlihat yang berguna dalam banyak situasi kerja seperti keterampilan interpersonal, hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang berpikiran global, serta literasi media dan informasi. Menggali potensi siswa dapat dilakukan dengan model deep learning dipadukan dengan berbasis teknologi internet. Ddeep learning merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa memahami dengan lebih mendalam suatu topik dalam pembelajaran dan mengajarkannya menghadapi dunia nyata. Semoga bermanfaat. (******).

Referensi:
1. Faulinda Ely Nastiti, Aghni Rizqi Ni’mal ‘Abdu (2019). kesiapan pendidikan indonesia menghadapi era society 5.0. Journal kajian teknologi pendidikan, 1(1), 61-66
2. Pendit, P.L. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan & Dinamika. Jakarta: CitaKaryakarsa Mandiri.
3. Surachman, Arif. 2013. Literasi Informasi Digital dalam https://www.academia.edu/7858500/ Literasi_Informasi_Digital
4. Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Press.

Komentar