Oleh: Nelson Sihaloho
Rasional
Tugas dan tanggungjawab para orang tua di rumah salah satu diantaranya adalah memberikan pendidikan atau pelatihan agar anak-anak siap menghadapi semua permasalahan dalam hidupnya. Termasuk di masa wabah pandemic Covid-19 saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda kapan akan berakhir. Sebuah pembelajaran terhadap semua pihak mulai dari pemerintah, masyarakat dan orangtua agar bahu membahu untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Melatih dan membimbing peserta didik memang bukan tugas yang mudah. Seiring dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) semua pihak dituntut untuk selalu beradaptasi terhadap kemajuan zaman.
Dalam konteks Pendidikan mempersiapkan masa depan anak didik diperlukan strategi bagaimana agar mereka bisa berhasil kelak. Karena itu para orang tua dan guru berperan sebagai pendidik, dituntut untuk memiliki ilmu agar bisa mengembangkan kemampuan metakognitif anak. Kemampuan metakognitif ini sangat penting sehingga kelak dapat menjadikan mereka individu pembelajar berprestasi serta sukses di masa depan.
Berpikir Metakognisi
Banyak pakar para ahli Pendidikan memberikan pengertian dan hakikat tentang metakognisi. Metakognisi identic dengan kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
Dalam konteks belajar, peserta didik mengerti bagaimana belajar, mengetahui kemampuan untuk belajar dan paham tentang strategi agar belajar bisa lebih efektif. Mengutip pendapat Ridley, D.S.,Schutz, P.A, Glanz, R.S &Weinstein, C.E, (1992) menyatakan “Metacognitive skills includetaking conscious control of learning, planning and selecting strategies, monitoring the progress of learning, correcting errors, analyzing the effectiveness of learning strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary,”. Artinya, keterampilan metakognitif termasuk mengendalikan secara sadar pembelajaran, merencanakan dan memilih strategi, memantau kemajuan pembelajaran, memperbaiki kesalahan, menganalisis efektivitas strategi pembelajaran, dan mengubah perilaku dan strategi belajar bila diperlukan.
Banyak ahli lainnya mendefinisikan metakognisi sebagai “berpikir mengenai berpikir”, sedangkan beberapa ahli lainnya mendefinisikan sebagai mengetahui tentang mengetahui. Kemampuan refleksi diri dari proses kognitif yang sedang berlangsung merupakan sesuatu yang unik terhadap individu dan memainkan peran penting dalam kesadaran manusia. Hal demikian menunjukkan bahwa metakognisi mengikutsertakan pemikiran seseorang.
Metacognitionis an important concept in cognitive theory. It consists of two basic processes occurring simultaneously, monitoring your progress as you learn, and making changes and adapting your strategies if you perceive you are not doing so well. (Winn, W.&Snyder,D.,1998). It’s about sel-reflection, self-responsibility, and initiative, as well as goal setting and time management. Menurut Kuhn (2000) mendefinisikan metakognisi sebagai kesadaran dan menajemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut sebagai “berpikir mengenai berpikir”. Anggapan umum, metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk multidimensi. Sebuah model yang dipopulerkan oleh Flavell, dkk, (2002) menggambarkan dua dimensi metakognisi yang berhubungan tetapi berbeda secara konsep, yaitu pengetahuan metakognitif dan proses metakognitif. Pengetahuan metakognitif merujuk pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang, sedangkan proses metakognisi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah. Selain dua dimensi ini, model teoritis Flavell juga mengkarakteristikkan pengalaman metakognisi yakni kesadaran atau pengalaman afektif yang menyertai dan menyinggung beberapa bidang intelektual sebagai aspek yang menonjol dari metakognisi. Pendapat berbeda dinyatakan oleh Misailidi,(2010) bahwa pengalaman metakognisi berbeda dari proses metakognitif, sebab pengalaman metakognitif merupakan manifestasi dari monitoring sementara proses metakognisi merupakan control.
Metakognisit erjadi sebagai hasil dari monitoring pemikiran object-level (Bares, 2011). Metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan atau aktivitas yang meregulasi kognisi (Schneider&Lockl,2007). Konsep ini secara luas mencakup pengetahuan individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai individu yang memiliki kemampuan mengenali, pengetahuan mengenai dasar dari tugas-tugas kognitif yang berbeda. Maupun pengetahuan mengenai strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengahadapi tugastugas yang berbeda. Dengan demikian, individu tidak hanya berpikir mengenai objek-objek dan perilaku, namun juga mengenai kognisi itu sendiri. Itulah sebabnya ketrampilan metakognisi sangat penting untuk diberikan pada anak. Tujuannya untuk membangun struktur pengetahuan, meningkatkan kebiasaan berpikir, dan memandu anak untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Ciri yang dapat kita lihat untuk mengetahui kemampuan metakognisi pada anak, terlihat pada saat dia sadar pada waktu tidak mengerti pada suatu masalah dan berniat untuk mencari pemecahan permasalahannya.
Dapat disimpulkan bahwa, metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.
Melatih Metakognisi pada Anak
Ketika anak bisa merancang, memantau dan merefleksikan proses belajarnya secara sadar, pada hakikatnya mereka akan lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam proses belajar.
Lebih mandiri belajar berpengaruh terhadap perjalanan kehidupan mereka untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan informasi yang luas. Melatih metakognisi pada anak, diawali dengan kemampuan berpikir bagaimana cara dia berpikir.
Kemampuan metakognisi yang terlatih bisa mengimbangi pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh.
Hali ni mengingatkan kita bahwa mereka harus memiliki bekal ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif sangat dibutuhkan oleh anak demi menyongsong masa depannya. Pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan tentang bagaimana memahami kemampuan diri sendiri serta bagaimana menggunakannya dalam berbagai hal. Anderson & Krathwohl (2001), membagi pengetahuan metakognitif menjadi dua bagian, yaitu;
(1) pengetahuan strategis (strategic knowledge); (2) pengetahuan tentang tugas kognitif, dan (3) pengetahuan tentang diri sendiri (self-knowledge). Adapun Desoete, (2001) memisahkan metakognisi ke dalam pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Hasil penelitian dan kajian Shen & Liu,(2011), yang pernah mereka lakukan terhadap 179 penelitian tentang prestasi belajar, didapatkan bahwa metakognisi menduduki peringkat pertama dari 200 faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Hoseinzadeh&Shoghi (2013),juga mendapatkan adanya hubungan antara pengetahuan metakognisi dengan prestasi akademik, bahwa pengetahuan metakognisi yang baik meningkatkan prestasi akademik siswa. Menurut Zepeda, (2015), pengajaran metakognitif selama masa remaja dapat menghasilkan kemandirian dalam belajar yang lebih baik, periode dimana prestasi dan motivasi siswa pada saat itu sering menurun. Agar peserta didik bisa sukses dalam belajar, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari.
Umumnya ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa.
Pertama, yakni tahap proses sadar belajar yang meliputi proses
untuk menetapkan tujuan belajar. Mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses seperti buku teks, materi pembelajaran yang bisa di akses internet.
Dilaboratorium komputer serta menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan serta tingkat kesulitan belajar siswa. Tahap merencanakan proses belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar.
Termasuk merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya).
Tahap monitoring efleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini berguna, penting, bermakna atau bermanfaat untuk saya?. Bagaimana pengetahuan tentang materi yang saya pelajari dapat dikuasai?. Dan lain-lain pertanyaan berkaitan dengan hal pembelajaran.
Peserta didik dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka sendiri. Yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan.
Tugas pendidikadalah menumbuhkembangkan kemampuan metakognitif seluruh siswa sebagai seorang pembelajar tanpa kecuali. Strategi metakognitif menyampaikan satu pesan khusus pada siapapun yang ingin sukses menjalani hidup secara efektif. Bahwa kenyataan hidup yang terjadi pada saat ini merupakan akibat dari pilihan-pilihan hidup di masa lampau.
Fokus Aktivitas Belajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses atau keterampilan metakognitif memerlukan operasi mental khusus yakni seseorang yang dapat memeriksa, merencanakan, mengatur, memantau, memprediksi, dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri.Di masa pandemic Covid-19 ini, para peserta didik dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan keterbatasannya dalam belajar.
Intinya bahwa saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa. Membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan pada saat belajar. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari strategi kognitif. Penggunaan keterampilan-keterampilan intelektual secara tepat oleh seseorang dalam mengorganisasi aturan-aturan ketika menanggapi dan menyelesaikan soal.
Sedangkan strategi kognitif metakognitif adalah mengontrol seluruh aktivitas belajarnya, bila perlu memodifikasi strategi yang biasa digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Flavell (Weinert & Kluwe,1987) adapun penerapannya mencakup perencanaan, monitoring, dan memeriksa hasil. Kegiatan-kegiatan metakognitif ini muncul melalui empat situasi. Yakni
pertama, peserta didik diminta untuk menjustifikasi suatu kesimpulan atau mempertahankan sanggahan.
Ke dua, situasi kognitif dalam mengahadapi suatu masalah membuka peluang untuk merumuskan pertanyaan.
Ketiga, peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan, pertimbangan, dan keputusan yang benar sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memantau dan mengatur proses kognitifnya.
Keempat, situasi peserta didik dalam kegiatan kognitif mengalami kesulitan, misalnya dalam pemecahan masalah. Aspek metakognitif sebagai bagian terkait dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk dapat dikembangkan agar siswa mampu memahami dan mengontrol pengetahuan yang telah didapatnya dalam kegiatan pembelajaran. Guru memiliki kewajiban moral untuk mengaktifkan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berefleksi atas kegiatan belajar yang mereka lakukan.
Siswa perlu didorong untuk merencanakan pembelajaran dan menentukan tujuan pembelajaran dengan jelas, memilih strategi belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya, memonitoring dan mengevaluasi hasil kinerja yang dilakukannya.
Strategi metakognitif berkaitan dengan cara untuk meningkatkan kesadaran tentang proses berpikir dan pembelajaran yang berlangsung. Di masa pandemic Covid-19 peserta didik dituntut untuk memiliki kesadaran agar mereka dapat mengontrol pikirannya.
Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meski belajar dengan moda internet (daring). Ada tiga tahap strategi yang dapat dilakukan yakni: merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari.
Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan siswa agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dan pembelajaran yang dilakukan siswa. Dengan menggunakan strategi metakognitif, siswa akan mampu mengontrol kelemahan diri dalam belajar dan kemudian memperbaiki kelemahan tersebut. Para siswa dapat menentukan cara belajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya sendiri, dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran. Siswa juga dapat memahami sejauhmana keberhasilan yang telah ia capai dalam belajar. Strategi metakognitif dapat juga diajarkan kepada siswa untuk digunakan dalam memecahkan masalah dalam bentuk soal-soal matematika. Strategi metakognitif dapat digunakan siswa dalam proses pemecahan masalah, yaitu : memahami masalah, merencanakan strategi pemecahan, menggunakan/menerapkan strategi yang telah direncanakan dan menilai hasil pekerjaan.
Mengutip sekilas dari Pusat Perkembangan Kurikulum Malaysia (2001) ada beberapa kemampuan strategi metakognitif siswa yang dapat dibiasakan. Yakni:
pertama, merancang/mempersiapkan kegiatan belajar sendiri
kedua, bertanya pada diri sendiri misalnya sebelum, ketika dan setelah membaca buku.
Ketiga, berfikir terlebih dahulu secara sadar sebelum melakukan sesuatu
ke empat, menilai dua jenis kegiatan untuk menentukan mana yang terbaik.
Kelima, mengetahui tingkah laku yang terbaik karena melalui pujian guru atau temannya
Keenam, menghindari mengatakan saya tidak bisa .
Ketujuh, menggunakan strategi metakognitif dalam belajar dengan bantuan guru melalui pengarahan dalam bentuk pertanyaan seperti apa yang ingin Anda katakan
Kedelapan, siswa semangat dalam belajar dan dalam melakukan suatu kegiatan melalui pujian guru.
Ke sembilan, berbicara dengan baik dan benar dimana guru menjelaskan tentang pernyataan mana yang benar atau yang salah serta bagaimana implikasinya.
Ke sepuluh bermain peran dalam belajar untuk melatih siswa berfikir dan berindak sesuai dengan perannya.
Kesebelas, mencatat jurnal tentang kegatan sendiri
ke duabelas, berprilaku yang baik dan bertindak benar melalui teladan dari guru. Melatih metakognisi anak di masa pandemic Covid-19 sekarang ini sangat penting dalam membekali anak menjadi orang yang harus sadar dalam hal belajar. Strategi pembelajaran metakognitif akan lebih bernakna dilakukan oleh guru pada saat kondisi normal.
Semua potensi anak didik bisa digali dan diasah dengan melakukan model pembelajaran metakognisi sebagi sebuah refleksi mendalam terhadap apa yang telah dilakukan oleh peserta didik selama dalam kegiatan belajar. Semoga Bermanfaat.
(Penulis: Guru SMP Negeri 11 Kota Jambi).
Rujukan
1. Anderson, O.W. &Krathwohl, D.R; 2001.A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York :Addision Wesley Longma, Inc.
2. Bares, C. B. (2011). Emerging Metacognitive Process During Childhood: Implications for Intervention Development with Children. Child Adolescence Social Work Journal. DOI 10. 1007/ s10560-011-0233-1
3. Flavell, J. H. (2004). Theory-of-mind Development: Retrospect and Prospect. Merrill-Palmer Quarterly, 50(3), 274–290.
4. Kuhn, D. (2000). Theory of Mind, Metacognition and Reasoning: A life-span Perspective. In P. Mitchell & K. J. Riggs (Eds.). Children’s Reasoning and The Mind (pp. 301–326). Hove, UK: Psychology Press.
5. Prijosaksono, Aribowo, dkk. 2009. Memanfaatkan Kekuatan Pikiran. www.maindexchange.com
6. Septian7. 2009. Kekuatan Ajaib Imajinasi. http://septian7.wordpress.com
Komentar