Oleh: Nelson Sihaloho
Abstrak:
Mengenali potensi peserta didik di masa pandemic Covid-19 memang menjadi kewajiban semua pihak untuk tetap menjaga dan memperhatikannya. Hal ini sangat penting mengingat potensi sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan peserta didik di masa depan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelum masa pandemic Covid 19 berbagai potensi peserta didik bisa kita kenali melalui berbagai seleksi baik itu potensi akademik maupun non akademik. Di berbagai bidang olah raga misalnya para pemandu bakat sangat mengetahui potensi bibit-bibit calon olahragawan bahkan bersedia melatih serta mendidik mereka hingga bisa menjadi atlet olahragawan kelas dunia. Tidak heran jauh-jauh hari sebelum peserta didik menorehkan prestasinya telah terlebih dahulu digembleng pada klub-klub atau dojo tempat mereka berlatih. Pelatih-pelatih inilah yang paling banyak berperan dalam mengasah potensi peserta didik. Bahkan mereka rela melatih para calon-calon atlit hingga subuh hari demi mengejar sebuah impian prestasi. Tentu berbeda dengan sistem penggemblengan yang dilakukan dalam lingkungan sekolah atau Pendidikan. Pada lingkungan Pendidikan atau sekolah potensi anak didik bisa dikenali dari hasil prestasi akademik maupun non-akademiknya termasuk dari kegiatan ekstrakurikulernya. Di masa pandemic Covid-19 menggali potensi psesrta didik tidak bisa dilakukan dengan optimal karena terhambat pada berbagai permasalahan tekhnis. Paling utama adalah kesehatan peserta didik tetap menjadi nomor satu diantara target-target Pendidikan yang ada saat ini. Mengenali potensi peserta didik di masa pandemic Covid-19 harus tetap dilakukan sebagai bekal untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi-generasi yang siap menatap masa depan yang lebih cerah.
Menggali Potensi
Di masa pandemic Covid-19 ini, menjadi komitmen semua pihak untuk terus menggali talenta unggul peserta didik. Penggalian potensi harus dilakukan dengan intensif dan serius agar mereka siap berkompetisi sesuai dengan bakat dan minat mereka. Untuk lingkungan Pendidikan, pandemic memberikan tantangan sejauh mana ketahanan sebuah negara dalam menjalankan kebijakan pendidikan yang adaptif, baik terhadap perkembangan zaman maupun perubahan kondisi sosial masyarakat. Sektor Pendidikan dituntut untuk terus bekerja keras serta terus berjuang memberikan layanan pendidikan yang berkualitas terhadap generasi penerus bangsa. Di masa pandemic, orang tua siswa sudah barang tentu lebih banyak berinteraksi dengan naka-anaknya dirumah. Dengan begitu orang tua pasti lebih mengetahui potensi anak-anaknya dengan lebih mendalam. Secara khusus bahkan orang tua lebih mengenali minat dan bakat anak pada jenis pelajaran tertentu. Mengetahui potensi anak merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami orang tua. Dengan mengidentifikasi minat, bakat dan kemampuan, anak dapat diarahkan dan berkembang dengan optimal sesuai kapabilitasnya. Menggali potensi anak sangat penting dilakukan oleh orang tua. Sebab kecerdasan anak tidak hanya diukur dari nilai inteligensi (IQ) termasuk minat dan bakat yang dimiliki anak berperan penting dalam mengantarkan anak untuk menorehkan prestasi yang membanggakan. Mengutip Howerd Gardner seorang ahli psikologi membuktikan bahwa nilai IQ yang tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang di masa mendatang. Bahkan masih banyak anak yang sukses menggapai masa depan dengan mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki. Untuk mengetahui potensi anak ada beberapa tips atau trik yang bisa dilakukan. Diantaranya memahami gaya belajar anak. Ada anak yang sangat menyukai belajar subuh hari dari pukul 04.00 Wib hingga pukul 06.00 Wib. Ada juga anak yang memiliki gaya belajar sambal mendengarkan music bahkan ada yang belajar sambal praktik. Mereka belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Tips selanjutnya adalah mengidentifikasi kecerdasan anak bertujuan untuk mengasah kemampuan unggul sang anak.
Mengutip sumber “Raising Samarter Children”, Develop Your Child’s Many Ways Of Being Smart dapat di identifikasi potensi kecerdasaan anak. Anak yang memiliki kecerdasan verbal / linguistic umumnya terampil dalam hal membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, kosa kata. Anak yang memiliki kecerdasan logis / matematis umumnya terampil dalam bilangan, logika, penghitungan, analisis, sintesis. Adapun anak yang memiliki kecerdasan visual / spasial umumnya terampil dalam hal perancang, perencanaan, warna, rinci. Anak dengan kecerdasan dominan musikal / ritmis umumnya terampil dalam hal bermain drama, mengomposisi lagu, menyanyi, main music. Anak dengann kecerdasan dominan pada kinestetik /fisik umumnya terampil dalam hal ketrampilan motoric. Anak dengan kecerdasan naturalis /alamiah umumnya terampil dalam hal fenomena dan dunia alamiah. Kecerdasan dominan interpersonal umumnya terampil dalam hal hubungan antara manusia, berkomunikasi. Kecerdasan dominan intrapersonal umumnya terampil dalam hal introspeksi, memahami perasaan orang lain, Iman. Kecerdasan dominan, eksistensial umumnya terampil dalam hal memahami eksistensi manusia terkait: emosi, tindakan, tanggung jawab, pemikiran, makna eksistensi dan tujuan hidupnya. Selanjutnya adalah mengembangkan potensi anak, berkaitan dengan ini orang tua harus mengembangkan potensi anaknya agar kelak memiliki bakat yang mampu menghantarkan sang anak meraih kesuksesan.
Sangat Penting Diketahui
Pada abad 21 sekarang ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang semakin canggih ternyata banyak peserta didik tidak mampu mengenal dirinya sendiri. Terutama dalam mengenali potensinya bahkan tidak mampu membedakan antara bakat dan minat yang ada pada dirinya. Umumnya potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang sudah terwujud yang dimiliki oleh individu. Akan tetapi sesungguhnya terlihat atau dimanfaatkan dengan maksimal oleh individu yang bersangkutan. Pengetahuan dan pengembangan potensi diri sangat penting diketahui agar peserta didik memiliki pandangan jelas terhadap rencana masa depannya.
Potensi diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu atapun individu yang masih tersimpan atau terpendam didalam dirinya menunggu untuk dinyatakan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam dirinya. Potensi diri manusia merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia namun masih terpendam didalam dirinya menunggu untuk dinyatakan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupannya. Ciri–ciri seseorang yang memahami potensi dirinya sendiri dapat bisa dilihat dalam sikap dan perilakunya sehari–hari baik dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Diantaranya, senang belajar dan selalu melihat kekurangan dirinya serta mempunyai sikap yang luwes. Tidak takut melakukan perubahan secara total untuk perbaikan dan tidak menyalahkan orang lain maupun keadaan. Mempunyai sikap yang tulus bukan kelicikan serta rasa tanggung jawab ada padanya. Menerima kritik dan saran dari orang lain, berjiwa optimis, tidak mudah putus asa. Budiyanto (2006:3) menyebutkan bahwa potensi diri setiap manusia terdiri beberapa macam. Pertama, potensi berpikir, ke dua, potensi emosi. Ke tiga, potensi fisik, ke empat, potensi sosial, ke lima potensi mental intelektual (intellectual quotient). Ke enam, potensi mental spiritual (spiritual quotient) serta ke tujuh, potensi daya juang (adversity quotient). Potensi daya juang (adversity quotient) adalah potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.
Perlu digarusbawahi bahwa terdapat beberapa sifat potensi diri yakni potensi positif dan negative. Potensi diri positif terdiri atas, memiliki Idealisme, dinamis dan kreatif. Keberanian mengambil resiko, optimis dan kegairahan semangat, kemandirian dan disiplin murni. Fisik yang kuat dan sehat, sikap ksatria, terampil dalam menerapkan Iptek. Kompetitif, daya pikir yang kuat serta memiliki bakat. Sedangkan yang termasuk dalam kategori potensi negative yakni mudah diadu domba, kurang berhati-hati, emosional, kurang percaya diri serta kurang memiliki motivasi.
Berkembangnya Homeschooling
Mengutip pendapat Muhtadi (2018:11) menjelaskan, sesungguhnya homeschooling bukanlah sesuatu yang baru sama sekali bagi dunia pendidikan di Indonesia. Bangsa Indonesia sudah sejak lama mengenal homeschooling, jauh sebelum sistem pendidikan Belanda hadir di bumi Indonesia ini. Di pesantren misalnya, banyak kiai dan tuan guru secara khusus mendidik anaknya di rumah. Demikian juga para pendekar dan bangsawan zaman dahulu. Meskipun belum sempurna, namun para alumni homeschooling cukup banyak yang menjadi tokoh pergerakan nasional seperti Ki Hadjar Dewantara dan Buya Hamka. Di masa pandemic Covid 19 aktifitas dan tugas pembelajaran banyak dilakukan dengan metode belajar dari rumah (BDR). Aktifitas dan tugas pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara bervariasi antar-siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk kesenjangan akses maupun fasilitas belajar di rumah. Saat ini untuk menilai hasil kinerja peserta didik, bukti atau produk aktifitas belajar harus diberi umpan balik oleh guru. Kagagapan menghadapi situasi yang tidak disangka sebelumnya dengan lambat laun Pendidikan terus melakukan berbagai terobosan. Membimbing siswa via daring (online) bisa menemui kendala tekhnis terutama yang berkaitan dengan perilaku dan praktik nyata. Contohnya dalah membangun karakter peserta didik yang sangat memerlukan peran guru maupun orang tua. Perlu dimaknai bahwa belajar online terkadang lebih cenderung sekadar pengajaran. Contoh lain adalah webinar (seminar berbasis web) apabila benar materi diberikan 2 jam seharusnya selama 120 menit peserta webinar harus mengikuti kegiatan penuh. Rumah saat ini dengan penerapan pembelajaran sistem daring identik dengan Sekolahrumah. Hal itu sejalan dengan Permendikbud Nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolahrumah Pasal 1 ayat (4). Yang mendefiniskan, sekolahrumah adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas di mana proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik yang unik dapat berkembang secara maksimal. Muhtadi,et.al, menyatakan secara umum, fenomena berkembangnya homeschooling di Indonesia saat ini dapat dikategorikan menjadi tiga konteks. Pertama, fenomena homeschooling tumbuh di masyarakat kalangan menengah ke atas yang memahami falsafah pendidikan dalam konteks pencerahan dan pembebasan. Keluarga seperti ini memilih homeschooling sebagai jawaban atas sulitnya membebaskan sekolah formal dari praktik pengekangan terhadap hak tumbuh kembang anak secara wajar. Kedua, homeschooling tumbuh dalam konteks lingkungan keluarga miskin yang kesulitan mengakses pendidikan formal yang cukup mahal. Ketiga, fenomena sekolah di rumah tumbuh dalam konteks lingkungan keluarga yang anaknya memiliki aktifitas kegiatan atau pekerjaan yang banyak bertubrukan dengan jam pelajaran yang dijadwalkan oleh sekolah formal. Sekolah rumah dalam konteks ini biasanya terjadi pada keluarga yang anaknya menjadi artis, atlet, penyanyi dan lainnya yang mengalami kesulitan menyesuaikan kegiatannya dengan jam belajar di sekolah formal. Sudiapermana (2015: 6) mengemukakan, kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam perubahan kehidupan yang serba cepat dan mengglobal, menuntut sinergitas pendidikan formal, nonformal, dan informal tidak bisa lagi ditawar. Keunggulan kompetitif dan komparatif pendidikan formal (sekolah) yang terus dikembangkan tidak memungkinkan dapat menampung sejumlah masalah dan kebutuhan belajar masyarakat yang terus juga berkembang, jika semua isu dan tantangan kehidupan harus ditampung dan diselesaikan hanya melalui pendidikan formal.
Kendati demikian bahwa pengembangan potensi anak sejak dini merupakan hal penting yang sangat penting disadari oleh setiap orang tua.Di masa pandemic Covid 19 ini orang tua memiliki kewajiban agar tetap harus mengembangkan potensi anaknya. Pengembangan potensi anak di masa pandemi tetap membutuhkan dukungan dari para orang tua.
Beberapa peran penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendukung pengembangan potensi anak, yakni agar membantu menemukan potensi anak melalui observasi sehari-hari. Memberikan peluang pada anak untuk menemukan potensi dirinya, memberikan dukungan melalui atensi maupun apresiasi atas usaha anak. Termasuk menjadi pendamping tatkala anak merasa kesulitan saat menekuni aktifitasnya. Pada masa pandemi seperti sekarang ini para orang tua harus mengembangkan bakat-bakat anaknya yang mungkin masih terpendam. Mungkin dengan kondisi saat ini bisa menjadi peluang sebagian besar para orang tua untuk mengkreasikan hidupnya. Mencoba menumbulkan bakat yang selama ini terpendam dalam diri anak-anaknya.
Selain itu, penguatan peran keluarga dalam menggali potensi anak juga harus dilakukan. Covid-19 juga telah mengubah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dimasa Covid berbagai strategi disiapkan agar pembelajaran tetap berlangsung dengan baik. Keluarga memiliki peran dan kontribusi sangat besar dalam melakukan transformasi nilai-nilai maupun karakter. Sebagaimana umumnya bahwa tugas pranata pendidikan sebenarnya adalah mengembangkan potensi dalam diri seseorang, dan membantu menyiapkan status sosialnya. Karena itu keluarga bukan hanya menjalankan fungsi manifestasi dari mengatur reproduksi dan pelanjut keturunan termasuk menyiapkan untuk menghadapi masa depan anak-anaknya. Orang tua merupakan aktor utama dalam menyiapkan instrumen-instrumen masa depan termasuk nilai-nilai yang akan disosialisasikan serta bagaimana caranya melakukan proses transformasi nilai-nilai. Soal berhasil atau tidak dalam proses transformasinya sangat tergantung pada kemampuan orang tua. Era modernisasi yang demikian cepat akhirnya perlu disadari bahwa keluarga bukan satu-satunya pranata murni yang menjadi wadah trasformasi nilai-nilai. Dengan demikian mengenali potensi pserta didik sejak dini harus dilakukan agar potensi mereka bisa berkembang lebih baik. Pengenalan potensi yang baik akan memberikan ruang yang luas untuk mencapai keberhasilan karena anak mengetahui bagaimana potensinya bisa diimplementasikan dengan baik dan tepat. Semoga bermanfaat
.(Penulis: Guru SMPN 11 Kota Jambi)
Rujukan:
Tera Alesha, 2020, Pengertian Potensi Diri, dan Cara Menggali Potensi Diri, e-book Bimbingan Konseling, https://www.bimbingankonseling.web.id/
Azhar Arsyad, (2000). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Daryanto & Farid mohammad.(2015).Bimbingan Konseling Panduan guru BK dan Guru Umum. Yogyakarta: Gava Media
Khulaimata zalfa,(2013) “Penerapan konseling singkat berfokus solusi (solution-focused Brief Counseling) untuk mengembangkan resilensi santri” dalam artikel scholar edisi 12 Februari 2014
Prihadhi, Endra K.(2004).My Potensi.Jakarta:Elek Media Komputindo
Wiyono, Slamet. (2006). Manajemen Potensi Diri, Jakarta:PT Grasindo
Yusuf Hasan Baharudin dan Linda Dwi Solikhah, (2020), “Pengembangan media bimbingan interaktif pendidikan seks berbasis literasi digital untuk kelas atas sekolah dasar” dalam Wijayakusuma Prosiding seminar nasional edisi Vol. 1 no 1 13januari 2020
Komentar