Belajar “Modal Daring” Tidak Cukup

OPINI DAN ARTIKEL1311 Dilihat

Oleh: Nelson Sihaloho

Rasional

Jutaan peserta didik saat ini harus belajar dari rumah (BDR) akibat wabah pandemic Covid-19. Sedangkan tuntutan terhadap kecakapan/ ketrampilan hidup untuk suatu pekerjaan terus berkembang. Semakin banyak saja bermunculan jenis pekerjaan baru dan membutuhkan jenis ketrampilan baru pula.

Dapat kita bayangkan implementasi  serta kanyataan dilapangan bahwa gelar akademik yang kita peroleh sekitar 20 tahun silam bisa jadi tidak relevan lagi untuk di masa depan. Di masa pandemic Covid-19 beragam kesulitan bagaimana masyarakat  bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi untuk memenuhi kebutuhan biaya kuota internet anak-anaknya.

Bahkan ada orang tua dari peserta didik sudah tidak lagi bekerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK). Pandemic Covid-19 menjadi tantangan luar biasa terhadap bangsa Indonesia termasuk seluruh dunia sangat terganggu dengan krisis ini. Kita harus menyadari konsekuensi dari akibat yang ditimbulkan pandemic Covid-19 tersebut. Teknologi dan inovasi hendaknya tidak selalu menjadi acuan kesuksesan dalam pendidikan.

Banyak edaran-edaran yang dikeluarkan  agar peserta didik BDR tanpa melihat kondisi riil di lapangan. Upaya untuk mempersiapkan peserta didik dengan kecakapan maupun ketrampilan hidup sebagai warga global dengan moda daring tidak cukup. Mengutip pendapat John Dewey menyatakan guru progresif, yaitu guru yang kritis dalam merespons situasi dan kondisi dunia pendidikan nasional dan lokal, seraya aktif dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat.

Dalam progresivisme, guru berjuang mendidik agar murid bisa menyelesaikan permasalahan yang selalu berkembang mengikuti zaman yang semakin dinamis, dan juga mengajarkan murid terhadap permasalahan nyata di sekitarnya, sehingga murid tidak terperangkap dalam pemikiran yang kolot. Masa pandemic Covid-19 harus kita kritisi dengan bijak dengan pendidikan progresif.

Pendidikan Progresif

Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa pendidikan progresif berlandaskan pada progresivisme yang beranggapan bahwa pendidikan harus didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang paling baik belajar apabila berada dalam situasi kehidupan nyata dengan orang lain.

Aliran pendidikan ini percaya bahwa anak belajar memakai cara yang sama dengan ilmuwan, mengikuti proses yang mirip dengan model belajar dari John Dewey.
Adapun model belajar  John Dewey yakni pertama, menyadari adanya masalah,
ke dua merumuskan masalah
ke tiga, mengajukan hipotesis pemecahannya.
Ke empat, mengevaluasi konsekuensi hipotesis berdasarkan pengalaman masa lalunya serta
ke lima, menguji solusi yang paling mungkin. Berdasarkan pandangan John Dewey tersebut, guru perlu menyajikan bukan hanya bacaan dan hafalan saja, tapi juga pengalaman dunia nyata dan aktivitas yang berpusat pada kehidupan peserta didik. Slogan populer dari aliran ini adalah “Learning by doing” (Belajar sambil melakukan).

Dalam progresivisme, guru harus mengajarkan bagaimana mengembangkan kreatifitas siswa agar mampu memecahkan suatu permasalahan. Tidak hanya menjejali peserta didik dengan hafalan-hafalan yang dapat mengekangnya, menghambat kreatifitas, dan potensi yang ada dalam dirinya untuk berkembang.

Materi pembelajaran yang diajarkan di sekolah hendaknya menggambarkan bagaimana kehidupan sosial anak yang sebenarnya. Guru, sekolah, dan materi dituntut untuk menyatu dengan realitas para siswanya. Guru hendaknya membiarkan peserta didik merdeka dan memiliki ruang mengembangkan potensinya.

Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa tidak seorang pun mampu memperkirakan masa depan secara valid. Masa depan selalu penuh dengan ketidakpastian. Contoh nyata sebelum wabah pandemic Covid-19 negara-negara maju memproyeksikan pertumbuhan ekonominya diatas 6%.

Kenyataannya malah banyak Negara mengalami pertumbuhan ekonomi stagnan.  Dalam pendidikan progresif, tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih peserta didik agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Intinya pendidikan merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap peserta didik. Agar dapat bekerja peserta didik  diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.

Metode pendidikan biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme yakni
pertama; metode pendidikan aktif. Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Ke dua, metode memonitor kegiatan belajar.

Mengikuti proses kegiatan peserta didik belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.
Ke tiga  metode penelitian ilmiah.
Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.

Ke empat, pemerintahan pelajar, pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
Ke lima, kerjasama sekolah dengan keluarga, Pendidikan progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya terhadap peserta didik untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak.

Ke enam, sekolah sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.

Hadapi Dunia Kerja

Guna menghadapi dunia kerja di masa kini dan masa depan, tidak cukup hanya sekadar gelar saja. Kini semakin banyak banyak saja orang “bergelar” dengan “embel-embel” lulusan pelatihan-pelatihan eksklusif.

Tidak kalah pentingnya diperlukan soft skills, terutama kemampuan sistem thinking, kolaborasi dalam tim lintas profesi, leadership serta followership yang proporsional.

Untuk mewujudkan hal tersebur dibutuhkan sistem pembelajaran dan pendidikan progresif. Metode pendidikan dan pembelajaran progresivitas dalam pendidikan saat ini, merupakan sebuah metode yang  yang disesuaikan dengan kondisi serta dan kebutuhan zaman.  Konsep pendidikan progresif yaitu pendidikan menyentuh ‎setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang ‎terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik ‎di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan ‎dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya ‎cara mengajar.

Fungsi ‎pendidikan progresif terdiri dari tiga ‎bagian yakni,  sosialisasi. Sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi ‎integrasi peserta didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan.

Kemudian, pembelajaran (schooling) yakni mempersiapkan mereka untuk mencapai dan ‎menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu. Karena itu, pembelajaran harus ‎dapat membekali peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi ‎yang akan membuat mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomi dalam ‎masyarakat. Selanjutnya adalah pendidikan (education).

‎Pendidikan merupakan ‘education’ untuk menciptakan ‎kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kemajuan peradaban. Saat ini gerakan-gerakan global yang tidak terasa masuk ke dalam semua aspek kehidupan kita.
Dunia pendidikan diera global terus menampakkan langkah-Iangkah progesif yang perlu untuk direspons. Dengan demikian sekolahpun perlu mengubah paradigma proses pendidikan anak ke arah “Brain Based Schooling”, dan mengembangkan konsep pendidikan. yang berorentasi pada kecakapan hidup. Menurut Ramayulis dan Nizar (2009: 40) berpendapat bahwa progresivisme identik dengan instrumentalisme, eksperimentalisme, dan evironmentalisme.
Disebut identik dengan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi seseorang sebagai alat untuk hidup dan untuk mengembangkan kepribadian. Disebut eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari serta mempraktikkan asas-asas eksperimen yang merupakan bentuk uji kebenaran atas teori.
Disebut enviromentalisme karena beranggapanbahwa faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi seseorang terutama dalam pembentukan pola pikir dan perkembangan kepribadian. Karakter yang khas dari progresivisme juga memberi warna yang khas dalam model pendidikan pada sekolah progresif.

Revolusi belajar

Banyak pakar ahli pendidikan menyatakan bahwa revolusi belajar membantu kita untuk mempelajari segala hal secara lebih cepat dan lebih baik. Menurut, Dryden (2000) menjelaskan bahwa jika kita tidak mampu mengantisipasi perubahan tersebut, maka akan muncul kondisi kemiskinan, kegagalan sekolah, kejahatan, penyalahgunaan obat-obatan, keputusasaan, kekerasaan dan ledakan sosial. Don Tapscott, seorang peneliti dan penulis The Digital Economy asal Canada menyatakan bahwa kita telah masuk pada fajar Era Jaringan Kecerdasan sebuah era yang melahirkan ekonomi baru, politik baru, dan masyarakat baru (2000:21).
Tak dapat dipungkiri bahwa gelombang perubahan memaksa kita untuk memikirkan kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bisnis, ekonomi, dan pemerintahan. Berbagai konsepsi tentang Model Learning Revolution sebagaimana dijelaskan Dryden (2000:27) bahwa pertama, setiap orang adalah guru dan sekaligus murid. Ke dua, bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Ke tiga, ciptakan lingkungan yang baik, maka anak-anak yang berasal dari keluarga miskinpun akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Ke empat, saat terbaik untuk mengembangkan kemampuan belajar adalah sebelum masuk sekolah, karena sebagian besar jalur penting di otak dibentuk pada tahun awal yang ‘penting. Ke lima, guru-guru yang cemerlang kini dapat mengajar jutaan orang, melalui komunikasi elektronik interaktif dan meraup uang dari pekeIjaan yang disukai. Ke enam, orang mau belajar dengan baik ketika mereka mau belajar, bukan oleh usia yang ditentukan oleh orang lain. Ke tujuh, informasi yang kompleks dapat diserap dan diingat dengan mudah jika siswa terlibat. Ke delapan, meskipun anda tertinggal di sekolah, tidak ada kata terlambat untuk mengejarnya, dengan metode belajar tertentu. Ke semni;an, penelitian otak menunjukkan bahwa kecerdasan tikus dapat berkembang di lingkungan yang tepat dan demikian halnya dengan manusia. Ke sepuluh, teknologi belajar interaktif menyediakan beberapa kesempatan bisnis terbaik di dunia. Ke sebelas tipe kecerdasan tidak hanya satu dan setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sarna uniknya dengan sidik jari.

Sekolah efektif harus dapat mengenali dan melayaninya. Ke duabelas, gunakan dunia nyata sebagai ruang kelas: pelajari dan tindaki. Ke tigabelas, game komputer dapat mengubah berbagai aspek dalarn belajar. Dan ke empatbelas,  tidak hams menjadi negara besar untuk mernimpin, yang menentukan adalah pemerintah yang bervisi ke depan.  Konsepsi tentang revolusi cara belajar menawarkan alternatif praktis yang telahteruji efektivitasnya dalarn mendorong proses pembelajaran lebih efektif dan progresif untuk membangun diri sendiri, keluarga, sekolah, bisnis, masyarakat dan negara. Revolusi industry kini telah memasuki babak baru yakni telah berada pada revolusi industri 4.0. Di mana industri adalah proses produksi yang terjadi di seluruh dunia dengan mengombinasikan tiga unsur penting, yakni manusia, mesin/robot, dan big data. Kombinasi tiga unsur ini, akan menggerakkan seluruh produksi menjadi lebih efektif serta lebih cepat dan masif.

Pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran yang bercirikan learning skill, skill, dan literasi. Learning skill yaitu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya ditandai dengan adanya kerja sama, komunikasi, serta berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran abad 21 juga bisa dikatakan sebagai sarana mempersiapkan generasi abad 21. Di mana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang begitu pesat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pada proses belajar-mengajar. Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran di mana kurikulum yang dikembangkan menuntut sekolah mengubah pendekatan pembelajaran. Yakni yang berpusat pada pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peseta didik (student centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan, peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar.

Dengan metode revolusi belajar, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri. Penggunaan kemampuan otak kanan akan membuat pembelajaran menjadi lebih kreatif dan imajinatif.

Revolusi belajar adalah suatu perubahan yang sangat cepat dalam teknik belajar. Selama ini sebagian besar siswa cenderung memakai otak kiri. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sistematis dan analitis, sedangkan otak kanan lebih bersifat kreatif, tidak teratur, dan menyeluruh. Revolusi belajar merupakan terobosan yang harus kita lakukan terhadap peserta didik. Melalui metode penanganan yang benar kita akan semakin mengenali kecenderungan cara belajar anak.

Penerapan sistem modalitas yang memungkinkan peserta didik mengenali tiga karakter belajar yang meliputi visual, auditorial dan kinestetik. Dengan demikian maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar dengan moda daring belum cukup untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Maka diperlukan suatu revolusi dalam belajar agar secara keseluruhan potensi dan kemampuan peserta didik dapat digeneralisasikan dengan optimal. Semoga.

(Penulis: Guru SMP Negeri 11 Kota Jambi).

Rujukan
1. Barbara J. Hoskins.2013.Is Distance Learning Transformational?.The Journal of Continuing Higher Education,61:1,62-63,DOI: 10.1080/07377363.2013.759488.
2. BPS. Potret Pendidikan Statistik Pendidikan Indonesia 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Sumber:https://www.bps.go.id/publication/2019/11/29/1deb588ef 5fdbfba3343bb51/potret-pendidikan-statistik-pendidikan-indonesia-2019.html
3. Depdiknas. (2002). Konsep Pendidikan Berorentasi Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.
4. Dryden, G., dkk. (2000). Revolusl Cara Belajar. Bandung: Mizan Media Utama.
5. Luthra, Poornima & Mackenzie, Sandy. 2020. 4 Ways Covid-19 Education Future Generations. Sumber:https://www.weforum.org/agenda/2020/03/4-ways-covid-19-education-future-generations/.

Komentar