Guru Kreatif, Belajar Dari Pengalaman

Oleh: Nelson Sihaloho

Rasional

Perkembangan zaman yang terus bergerak maju dengan dinamis memunculkan berbagai perubahan besar baik ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan komunikasi.

Perubahan pada sektor teknologi dan komunikasi terlihat dalam era revolusi industri dimanfaatkan oleh manusia sebagai bagian penting dalam kehidupannya. Perkembangan dunia yang semakin dinamis tersebut  membuat manusia untuk bergerak serta memerlukan perangkat teknologi informasi komunikasi untuk menunjang pekerjaannya.

Perkembangan Iptek membuat manusia menjadi lebih mudah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Salah satu perangkat teknologi yang terus dipakai oleh orang yakni smartphone atau android. Begitu juga dengan guru dituntut untuk lebih beradaptasi terhadap perkembangan dunia yang terus bergerak dengan dinamis itu. Kecakapan guru dalam mengajar misalnya, setidaknya berpegang pada keterampilan 4C yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).

Hal demikian menuntut guru untuk selalu lebih kreatif dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya. Bahkan guru-guru yang kreatif selalu belajar dari pengalaman orang lain sebagai wujud dimensi pengembangan profesionalisme berkelanjutan.

Kreatifitas Bermakna Hasil

Seringkali para pakar dan ilmuwan menyatakan agar kreatifitas selalu memberikan kontribusi tentang adanya hasil akhir (out come), dilakukan dengan usaha keras. Kreatifitas adalah hal yang berkaitan dengan siapa yang melakukan, apa yang dilakukan  serta bagaimana hasilnya.

Tanpa hasil, kreatifitas tidak akan bermakna. Itulah sebabnya hasil akhir merupakan yolok ukur dan parameter dari suatu reatifitas. Sebab otak manusia dapat distimulasi untuk melakukan berbagai macam aktifitas yang mendorong diri kita menjadi orang  yang memiliki kemampuan maksimal.

Sudah sewajarnya manusia belajar dari pengalaman orang lain untuk membuat suatu ide-ide serta gagasan baru dengan memperbaiki kesalahan di masa lalu. Belajar pengalaman dari orang lain membuat seseorang lebih mawas diri, melakukan suatu terobosan baru, dan tidak menutup kemungkinan mampu menjadi orang hebat. Apabila kita tidak belajar dari hal itu, maka suatu usaha akan menjadi tidak bermakna.
Rasa percaya diri juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Guru yang tidak percaya diri, maka tidak akan ada keberhasilan yang kita peroleh. Guru yang berani serta percaya diri memiliki kecenderungan untuk berhasil dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya.

Setidaknya guru yang mempunyai kemampuan menulis, maka belajarlah menulis dengan lebih baik. Guru harus menuangkan semua ide yang ada di pikirannya ke dalam bentuk kalimat sehingga orang lain bias belajar hal-hal yang baru dari ide-ide yang ditulisnya.  Dalam konteks era milenial bahwa siswa yang kita hadapi termasuk kaum milineal yang hidup dalam ekosistem digital. Mereka sudah terbiasa dengan teknologi informasi dan komunikasi, bahkan budaya digital sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan mereka.

Mencermati hal tersebut semua sumber informasi terbuka serta dengan mudah bisa diakses. Siswa terbiasa mencari informasi di internet, bekerja dalam tim akan menjadi model belajar utama mereka.
Berkenaan dengan hal tersebut maka, guru pun dituntut menjadi kreatif dengan penggunaan internet di kelas.

Classroom learning yang dulu biasa dilakukan seorang guru sekarang diubah blended learning yang menggabungkan pengajaran langsung (face-to-face) dan e-learning. Siswa tidak akan mencerna materi pelajaran dengan baik apabila diajar oleh guru yang kurang menyenangkan.
Dalam proses pendidikan di sekolah, kurikulum, guru, dan pembelajaran menjadi variabel utama dan guru memiliki peran yang sangat sentral serta strategis. Teknologi yang hadir untuk meng-empower peran guru agar bisa melaksanakan kurikulum dengan maksimal.

Di era industri 4.0 guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar mengajar. Guru masa kini di era industri 4.0, harus melek teknologi, lebih kreatif dan berkarakter. Sebab dalam proses belajar mengajar, siswa di era digital saat ini mempunyai preferensi cara belajar yang beragam.
Merujuk pada Era pendidikan yang dirancang oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0 bercirikan teknologi digital. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan sistem siber (cyber system) dan mampu membuat proses pembelajaran yang berkelanjutan tanpa batas ruang dan tanpa batas waktu. Pada zaman yang akan datang (era 4.0) guru tidak berhak mengajar konten.

Setiap konten pembelajaran disiapkan oleh komputer yang dilengkapi dengan AI. Guru harus memiliki karakter yang sangat kuat, tergantung pada zaman sekarang dan yang akan datang, peserta didik lebih menyukai hal-hal yang instan. Jika karakter guru kuat, maka karakter peserta didik cenderung kuat.

Menyiapkan SDM Berkualitas

Guru memiliki posisi paling strategis dalam mempersiapkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas. Dalam proses pendidikan di sekolah, dimana kurikulum, Guru, dan pembelajaran jadi variabel utama. Teknologi hadir untuk meng-empower peran Guru agar bisa men-deliver Kurikulum kepada peserta didiks secara maksimal. Kehadiran teknologi untuk menguatkan peran guru serta  dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar mengajar. Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat cepat yang mengakibatkan perubahan cepat dan kompetitif.

Pengaplikasian kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan salah satu ciri dari Era Revolusi Industri 4.0. Perkembangan Iptek yang terjadi mengakibatkan beberapa sebagian orang menangkap peluang dan mampu memanfaatkannya dengan baik. Untuk sebagian orang yang mampu mengimbangi dan mengembangkan Iptek mampu melahirkan suatu gagasan yang baru.

Pendidikan juga harus mengalami perubahan kearah yang lebih baik untuk mengimbangi perkembangan Iptek. Karena itu pendidikan harus menjadi jembatan penghubung antara siswa dengan dunia kerja sehingga terciptanya SDM unggul serta kompetitif.
Dalam hal ini maka guru memerlukan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk berkembang. Strategi pembelajaran berpengarauh terhadap pola pikir dan apa yang akan dihasilkan peserta didik kelak nanti. Pemilihan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam menyiapkan peserta didik menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Mengutip Guru Produktif, (2019) menyatakan ada lima strategi yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran.
Pertama, membantu siswa dalam belajar, sebab proses pembelajaran yang terjadi adalah teacher center.
Ke dua, adanya kesempatan untuk berkembang dan berprestasi.
Ke tiga, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).  Pendidikan karakter harus dikembangkan sedini mungkin.
Ke empat, melek teknologi Era Revolusi Industri 4.0 menuntut sebagian besar orang memahami akan arti pentingnya teknologi.
Ke lima, teknologi yang ada memberikan banyak pengaruh yang baik dalam kehidupan.

Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran memberikan tambahan pengetahuan yang baik kepada guru untuk ditransfer ke peserta didik. Menurut Henson & Eller (dalam Fatimaningrum, 2011) menyatakan bahwa menjadi guru efektif adalah guru yang selalu berpikir bagaimana cara menjadi lebih baik. Guru efektif bukan hanya mengetahui pelajaran, namun bagaimana guru mampu menyampaikan kepada peserta didik dengan baik.

Dengan cara pikir guru mau menjadi lebih baik, guru akan mencari solusi apabila dalam pembelajaran, ilmu yang ditransfer ke peserta didik belum sepenuhnya dipahami. Sedangkan menurut Dzulkifli & Sari, (2015) menyatakan ada beberapa karakteristik guru efektif.

Pertama, memiliki rasa simpati yang tinggi, melayani, dan menganggap bahwa peserta didik merupakan anak sendiri.

Ke dua, ikhlas dalam memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam bentuk apapun.
Ke tiga, memberikan tanggung jawab kepada peserta didik (tugas) berdasarkan porsi setiap peserta didik.

Ke empat, memberikan nasehat apabila peserta didik melakukan pelanggaran.
Ke lima, semua ilmu memiliki kedudukan yang sama.
Ke enam, tidak memaksakan peserta didik untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Ke tujuh, pemberian bahan ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa memahami pelajaran dengan baik.

Wabah Covid-19

Wabah Covid-19 telah merubah struktur dunia pendidikan dengan cepat. Membuat para pelajar dan tenaga pendidik untuk membiasakan diri pada sistem pembelajaran tidak bertatap muka langsung atau pembelajaran jarak jauh dengan teknologi.

Wabah pandemi ini  secara tidak langsung membawa dunia pendidikan terhadap tantangan era revolusi 4.0. Kondisi demikian sebagai sebuah respon kreatif dalam dunia pendidikan dengan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran denhan e-learning. Selain itu  merupakan sebuah kondisi yang semua orang terpaksa melakukannya. Saat ini pelajar menerapkan sistem pembelajaran online (daring) dan memanfaatkan teknologi yang menitik beratkan pada kreatifitas dan perubahan pola pikir.

Pendidikan yang kita arungi saat ini  di era New Normal dengan konsep merdeka belajar  adalah kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berpikir ini harus dimulai dari guru, sebab  guru merupakan instrumen utama dari pembelajaran, instrumen penerjemah kurikulum dan guru harus berpikir secara mandiri. Kesiapan dunia pendidikan di era revolusi 4.0 hanya dapat diimplementasikan dengan merujuk pada paradigma baru pendidikan yang bercirikan peserta didik sebagai konektor, creator, dan konstruktivitas.

Hal demikian juga selaras dalam kerangka produksi dan aplikasi pengetahuan, inovasi untuk mempersiapkan SDM unggul di era global. Permasalahan pembelajaran dari rumah sesuai fakta dapat digolongkan menjadi 3 yaitu masalah yang dialami oleh guru, orang tua dan siswa. Dengan perubahan Iptek yang sangat cepat dan kompleks, menuntut kita untuk lebih mempersiapkan dengan matang menghadapi perubahan dunia yang serba cepat.

Di masa pandemic dengan segala bentuk perubahan yang terjadi menuntut guru untuk melakukan perubahan yang signifikan. Guru harus lebih cerdik dalam menjalankan tugas profesionalismenya. Perubahan harus dilakukan untuk keberhasilan pendidikan yakni siswa dan guru. Kemampuan guru untuk mengajar generasi milenial syogianya menginspirasi seorang guru untuk menjadi  guru inspiratif.

Guru harus belajar dari pengalaman masa lalu, kini dan menghadapi era masa depan. Pandemi Covid 19 harus kita hadapi bersama karena situasi yang kita hadapi demikianlah faktanya.

  Itulah sebabnya guru perlu terus memperbaharui konsep mengajar dan mengetahui perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Guru harus mampu melihat kecendrungan generasi yang menjadi peserta didiknya. Generasi yang sangat tech savvy (melek teknologi) yakni orang yang sangat mengerti mengenai teknologi modern; juga group oriented yaitu yang sangat mementingkan pertemanan kelompok, sehingga mempunyai kecenderungan gampang terpengaruh; dan juga generasi yang menolak ide atau teori-teori yang menurut mereka sudah outdated.

Kondisi ini mendorong guru untuk terus membekali dan mempersiapkan dirinya selain menguasai teknologiserta terus mengadakan penelitian minimal dalam kelas untuk lebih memahami secara riil perubahan siswanya.

Guru kreatif adalah guru yang senantiasa belajar dari pengalaman baik pengalaman masa lalu kini dan berpikir jauh ke masa depan dengan segala konteks perubahannya. Masa-masa pandemic Covid 19 memberikan warna-warni kehidupan pada dunia pendidikan. Belajar daring dengan tetap mengikuti protocol kesehatan adalah sebuah moment dan event penting terhadap bangsa ini untuk terus menyempurnakan system pendidikan yang lebih baik.

Jika berkeinginan maju dengan SDM yang lebih mumpuni berikan perhatian penuh untuk menciptakan serta mempersiapkan SDM yang lebih baik. Semoga.

(Penulis: adalah guru SMP Negeri 11 Kota Jambi).

Rujukan:
1. Kuncoro, A. (2019). Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia Nino. Harian Kompas, p. 6. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
2. Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). INDUSTRI 4.0: TELAAH KLASIFIKASI ASPEK DAN ARAH PERKEMBANGAN RISET. Jurnal Teknik Industri, 13(1), 17–26. https://doi.org/10.2307/1782970
3. ME. Sudarminto, P. (n.d.). Guru di Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Strategi dalam Memajukan Pendidikan Indonesia.
4. Sukartono. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya terhadap Pendidikan di Indonesia. 1–22.
5. Tritularsih, Y., & Sutopo, W. (2017). Peran Keilmuan Teknik Industri Dalam Perkembangan Rantai Pasokan Menuju Era Industri 4 . 0. Seminar Dan Konferensi Nasional IDEC, 507–517.

Komentar