Guru dan Tantangan Era Dirsrupsi

Oleh: Nelson Sihaloho

Abstrak:

Era disruption sering diartikan yaitu hancur dan disruption saat ini terbukti menyerang segala bidang kehidupan. Sebagaimana dalam World Economic Forum/WEF, 2018 bertempat di Davos-Klosters, Swiss, membawa pesan penting Industry 4.0, sebagai babak baru akan mengubah segala lini kehidupan manusia melalui perkembangan teknologi.  WEF memandang setidaknya terdapat delapan isu kunci, disrupsi atau gangguan dalam pekerjaan; inovasi dan daya produksi; ketimpangan; cerdas kelola; keamanan dan konflik; disrupsi bisnis; kepaduan teknologi; serta isu etnis dan identitas.

Mencermati hal tersebut guru  harus mampu mentransformasikan isu-isu yang berkembang mejadi sebuah langka untuk berbenah dan melakukan perubahan. Mengingatkan  Pidato Presiden RI, H. Joko Widodo menyatakan ‘Guru harus bisa menjadi agen transformasi penguatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Yang tak sekadar pandai mengajar, tetapi juga mampu mengelola belajar siswa.

Karena sumber belajar saat ini tersedia dimana-mana. “Jika tidak ada yang mengarahkan siswa, berbahaya sekali. Sekarang anak buka internet, apa saja tersedia di dalamnya. Termasuk konten untuk dewasa. Hati-hati,” ungkap Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka Kongres XXII Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2019 di Jakarta pada Jumat (5/7/2019).

Kata kunci: guru, tantangan dan disrupsi

Tantangan Berat

Mengutip World Economic Forum, 2018 terdapat empat tantangan dalam era industry 4.0.

  Pertama, kecerdasan buatan dan robot akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, bukan pengangguran massal.

Ke dua, setiap kota akan saling berkompetisi memperebutkan sumber daya manusia (SDM) dengan talenta terbaik.

Ke tiga, sebagian besar tenaga kerja negara maju akan menjadi pekerja bebas (freelance) sebelum 2027.

Ke empat, sistem pendidikan berubah dari pendekatan parsial menjadi holistik.

Pelajaran matematika, seni dan ilmu pengetahuan yang selama ini dipandang sebagai disiplin ilmu yang terpisah dinilai sudah tidak relevan dalam mengisi kebutuhan kompetensi pekerjaan pada masa depan. Sekolah-sekolah akan mulai mengadopsi kurikulum berbasis tugas (project-based curriculum) sebagai jembatan untuk meruntuhkan sekat-sekat yang selama ini menjadi penghalang generasi berpikir kreatif.
Mengutip Moh. Nasir, (2018)  menyatakan, pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal yakni, menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada.

Menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul, dan menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan.
Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan.
Moh. Nasir, et.al, bahwa ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0. Pertama, persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy. Ke dua, rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan.

Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas. Ke tiga, persiapan SDM khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi. Ke empat, terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat. Ke lima, terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi

Transformasi  Digital

Tantangan yang dihadapi oleh guru munculnya berbagai produk sains dan teknologi semakin canggih. Perkembangan digital yang luar biasa menuntut perubahan yang sama di dunia pendidikan. Diprediksi  banyak profesi saat ini masih ada, akan hilang di masa depan. Transformasi pendidikan dengan melibatkan teknologi harus dimulai dari sekarang. Sebagaimana telah banyak beredar diketahui oleh masyarakat seperti Artificial Intelligence (AI).

Artificial Intelligence/ kecerdasan buatan adalah suatu studi yang bertujuan membuat komputer berpikir bertindak layaknya manusia. Yaitu penyederhanaan penyelesaian masalah yang bersifat kompleks dan berulang, mempermudah interaksi manusia melalui teknologi, meningkatkan produktifitas, lebih cepat menyelesaikan masalah, dimungkinkannya penggabungan dua atau lebih teknologi dan kemampuan para pakar. Selanjutnya penerapan dalam bidang Ekonomi Cognito didirikan Sandy dan Joshua. Merupakan aplikasi kecerdasan buatan yang digunakan untuk meningkatkan layanan pelanggan perusahaan. Cognito merupakan sintesis mesin pembelajar dan ilmu perilaku yang digunakan untuk meningkatkan kolaborasi pelanggan dengan call center. Penggunaan Cognito dilakukan terhadap jutaan voice call yang dilakukan setiap hari. Ada juga penerapan bidang “Teknik Tesla”, dan Tesla menciptakan mobil pintar dengan menggunakan AI.  Dalam hal ini AI meniadakan driver manusia dengan fitur seperti self driving, kemampuan prediktif, dan inovasi teknologi mutlak. Begitu juga penerapan dalam bidang Kesehatan Rekam Medik Elektrouik (Electronic Medical Record/EMR). Media rekam medik berkembang dari waktu ke waktu. Saat ini rekam medik menggunakan kertas sebagai media penyimpanan.

Namun media tersebut memiliki kelemahan. Rekam medik elektronik menyimpan data elektronik dalam berbagai media penyimpanan seperti harddisk, smartcard. flashdisk dan sebagainya, media lainnya juga disimpan ke dalam website tertentu. Penerapan dalam bidang pertanian dengan Drone. Adalah cara  membantu petani menghemat uang dan waktu karena daya jangkau dan manuver dapat digunakan untuk memantau tanaman. Dengan memanfaatkan teknologi Al, drone dapat mengontrol diri sendiri dan mengamati lahan di sekitar sehingga memberi lebih banyak manfaat serta mengerjakan lebih banyak pekerjaan petani yang mungkin bekerja dengan ketersediaan tenaga kerja terbatas.

  Penerapan bidang Sains Nest Learning Thermostat (Google) Nest adalah salah satu startup contoh penerapan AI paling terkenal dan sukses dan diakuisisi oleh Google pada tahun 2014 seharga $ 3,2 miliar. Nest Learning Thermostat menggunakan algoritma perilaku untuk menghemat energi berdasarkan perilaku dan jadwal kegiatan manusia. AI menggunakan proses pembelajaran mesin sangat cerdas, mempelajari temperatur yang disukai dan di program sendiri dalam waktu sekitar satu minggu. Dalam bidang Psikologi Pandora dan Spotify adalah salah satu solusi dari AI yang menganalisis lagu berdasarkan karakteristik musik.
Sistem ini berguna dalam merekomendasikan lagu-lagu yang disukai penggunanya. Kemudian penerapan dalam Bidang Bahasa Translate Voice mengusung fitur penerjemah berbasis suara. Di era disrupsi digital, segala sesuatu termasuk pendidikan dapat diperoleh secara langsung (from hand to hand). Tanpa harus melewati intermediasi dari pihak-pihak tertentu.
Mengutip Robert Mengutip Nyugen (Reiser & Dempsey, 2012)  ada 10 trend akan mempengaruhi bidang teknologi pendidikan.
Pertama,   tuntutan untuk terjadinya peningkatan kinerja (Performance Improvement) terus menerus dalam dunia kerja.
Ke dua, berkembangnya aliran psikologi konstruktivistik (Constructivism) dalam dunia pendidikan.
Ke tiga, berkembangnya konsep “manajemen pengetahuan“ (Knowledge Management),
ke empat, berkembangnya suatu sistem yang menyediakan para pekerja berbagai akses pada informasi dan alat yang mendukung kinerja pada saat dibutuhkan (performance support).
Ke lima, berkembangnya model pembelajaran berbasis internet (online learning),
ke enam, berkembangnya konsep belajar informal (Informal Learning).
Ke tujuh,   berkembangnya beragam jenis media sosial (social media),
ke delapan, berkembangnya ragam dan format software permainan yang bermuatan pendidikan educational games).
Ke sembilan,  belajar sain
ke sepuluh, berkembangnya konsep dan teknologi yang memungkinkan pembelajaran dilakukan secara mobile (mobile learning).

Semangat  dan Inovatif

Dunia telah memasuki era revolusi industri generasi ke empat (revolusi industri 4.0) dan pada era ini, guru dituntut untuk memiliki semangat belajar tinggi. Kemampuan mengajar inovasi bahkan harus mampu berfikir think of out the box yaitu memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan oleh orang lain.

Revolusi industri 4.0 akan menciptakan banyak pekerjaan baru, juga mendorong pertumbuhan ekonomi semakin lebih besar. Pemerintah harus beradaptasi terhadap perubahan ini, dalam menyiapkan SDM yang bisa menghadapi tantangan digital.

Memasukkan unsur teknologi dalam dunia pendidikan, tidak hanya penting untuk membuka akses literasi secara lebih luas, juga menjadi kunci pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia.

Teknologi juga akan merevolusi cara kita mengelola dunia pendidikan, sekaligus menjadi alat untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan 4.0. Keberhasilan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, turut ditentukan oleh kualitas dari pendidik utamanya guru.
Guru dituntut menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital. Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja.
Sedangkan literasi SDM adalah kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter. Era digitalisasi menuntut setiap Lembaga Pendidikan agar mempersiapkan diri dalam mengantsipasi perkembangan era global.
Metode pembelajaran e-learning dilakukan dengan cara menggabungkan teknologi elektronik dengan teknologi internet dalam sistem pembelajaran. Trend teknologi di masa kini juga mengakibatkan beberapa permasalahan di Indonesia.
Diantaranya, pola pendidikan yang masih mempersiapkan siswanya untuk menjadi pekerja atau buruh dalam sebuah proses produksi.  Inovasi merupakan proses penciptaan nilai tambah. Inovasi bisa dihasilkan dari banyak sumber seperti pengetahuan baru, perubahan persepsi, demografi, dan faktor lainnya. Dalam masalah kreatifitas, dibutuhkan sebuah imajinasi yang didasari dengan visi yang jelas serta pemikiran berbeda dengan orang lainnya.  Abad 21 ditandai sebagai abad globalisasi dan mengalami perubahan fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan abad sebelumnya.

Tuntutan perubahan  dalam era global konsekuensinya adalah melakukan berbagai terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep, dan tindakan.  Abad 21 ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry),” (Mukhadis, 2013:115)
Perekonomian global abad ke-21 dikendalikan oleh jaringan teknologi informasi, di mana semua transaksi dilakukan secara online, investasi dan pasar modal dilakukan tanpa melihat gejolak kehidupan nyata, kecuali dengan cara melihat angka-angka di monitor. Angka-angka itu berubah dari menit ke menit, seiring dengan gejolak yang terjadi dalam ekonomi perdagangan, politik, sosial, bahkan oleh ulah tokoh dunia. Dalam kondisi pasar global semacam ini, maka apa yang terjadi di satu negara, pengaruhnya akan terasa di negara lain (BSNP:2010). Abad 21, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills). Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; komputasi yang semakin cepat; otomasi yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja dan kemana saja (Litbang Kemdikbud, 2013).

Salah satu ciri paling menonjol pada abad 21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996).

Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik kemudian dapat dicari pemecahan permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang tersedia Trilling and Hood (1999 : 21).

Menurut Trilling and Fadel (2009) perubahan yang terjadi adalah dunia yang kecil, karena dihubungkan oleh teknologi dan transportasi.  Pertumbuhan yang cepat untuk layanan teknologi dan media informasi; pertumbuhan ekonomi global mempengaruhi perubahan pekerjaan dan pendapatan. Menekankan pada pengelolaan sumberdaya: air, makanan dan energi; kerjasama dalam penanganan pengelolaan lingkungan. Peningkatan keamanan terhadap privasi, keamanan dan teroris; dan kebutuhan ekonomi untuk berkompetisi pada persaingan global.

  Perubahan dibutuhkan untuk mempersiapkan diri agar dapat hidup dan bekerja dalam masa pengetahuan (knowledge age) terutama pada bidang pendidikan Trilling and Hood (1999 :3). Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013).

Paradigma Pembelajaran

Paradigma pembelajaran abad 21 guru dituntut untuk melakukan perubahan sesuai perkembangan Iptek. Pembelajaran mengandung dua karakteristik utama.
Pertama,  bahwa proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal yang menghendaki aktivitas siswa untuk berfikir.
Ke dua,  bahwa pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa yang pada gilirannya kegiatan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran bukan hanya dilakukan sebagai transfer pengetahuan melainkan kegiatannya  yang harus dilakukan siswa secara aktif beraktifitas dalam upaya membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya (Abidin, 2014:1). Mengutip Levy dan Murnane, (2004), bahwa dalam kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi, komputer mengambil, menggantikan, atau melengkapi banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia di berbagai bidang seperti informasi pengolahan dan tugas berdasarkan aturan, mengakibatkan meningkatnya permintaan untuk keterampilan tingkat tinggi.

Akibatnya seiring perkembangan teknologi telah mengubah trend pekerjaan dari berbasis teknis ke berbasis pengetahuan. Teknologi, pengetahuan maupun inovasi, kini menjadi faktor kunci dari produksi. Aset paling berharga dari institusi abad 21, baik bisnis, non-bisnis, memiliki pekerja yang berpengetahuan dan produktif.  Kompetensi dan keterampilan abad 21 muncul karena revolusi informasi dan teknologi, akibatnya orang menjadi saling terhubung dari sebelumnya dan menawarkan kesempatan untuk pertumbuhan bisnis dan ekonomi, kemampuan mengakses informasi, berkomunikasi, berbahasa menggunakan dan menciptakan teknologi baru sangat penting untuk produktivitas tenaga kerja (Wang and World Bank, 2012).

  Era disruptif guru harus tampil menghadapi tantangan dengan langkah pasti apapun konsekuensi yang muncul harus dihadai dengan semangat serta mental yang kuat. Semoga.

(Dihimpun dari berbagai sumber: Penulis adalah guru SMPN 11 Kota Jambi).

Komentar