Oleh: Nelson Sihaloho
Penulis:Guru SMPN 11 Kota Jambi
Email:sihaloho11@yahoo.com, nelsonsihaloho06@gmail.com
ABSTRAK:
Sektor pendidikan kita saat ini mengalami revolusi yakni semakin pentingnya merombak sistem penilaian terhadap peserta didik, teknologi dan sistem pendidikan termasuk standar evaluasi. Relevansi pendidikan terhadap tuntutan dunia kerja terutama dalam konteks global harus diterapkan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran global mau tidak mau harus dimplementasikan dalam pembelajaran. Sebab yang dihadapi peserta didik kelak adalah era globalisasi. Termasuk memanfaatkan dengan seoptimal mungkin teknologi digital dengan akses informasi yang tanpa batas. Data yang berlimpah di internet seharusnya menjadi bekal peserta didik dalam , menjadikan anak didik mengalami menghadapi era globalisasi.
Masyarakat dunia menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang urgen dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Pendidikan merupakan produk budaya, dan budaya tercipta dari masyarakat yang berpendidikan. Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses pembudayaan masyarakat sehingga standar pendidikan yang ada di suatu negara harus mengacu pada kebudayaan dan kebutuhan masyarakatnya. Era industrialisasi yang kini telah berganti dengan era informasi. Implikasi lain dari kemajuan serta inovasi teknologi adalah batasan antara pendidikan formal, informal, dan nonformal menjadi semakin kabur. Globalisasi yang telah membawa dampak besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia dengan segala kerumitannya harus kita sikapi dengan bijak dengan langkah nyata.
Kata kunci: kompleksitas, pendidikan, globalisasi, rumit
Kompelksitas Masyarakat Global
Era globalisasi sering dimaknai sebagai perubahan global yang melanda seluruh dunia. Implikasinya sangat besar terhadap b semua aspek kehidupan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada akhrinya mengubah pola perilaku serta konsumsi masyarakat.
Globalisasi merupakan suatu proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Siswanto dalam Rahayu, dkk. (2015: 6) mengemukakan bahwa globalisasi adalah semua bentuk dan proses yang merujuk pada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok global dan lebih jauh merupakan bentuk keterhubungan masyarakat dunia yang meliputi bidang polllitik, ekonomi, budaya, dan sosial.
Adapun Robertson; Kotter dalam Saripudin, (2018) menyatakan bahwa globalisasi disebutkan pula sebagai “the concrete structuration of the world as a whole”, yakni kesadaran yang berkembang pada tingkat global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang dibangun secara berkelanjutan.
Perkembangan teknologi yang pesat serta dinamis menjadi salah satu daya dukung kehidupan masyarakat di era globalisasi. T Munculnya industrialisasi merupakan implikasi dari kemajuan pola pikir maupun daya kreasi manusia sehingga mampu memformulasikan makna kehidupan dalam bentuk sarana yang tersedia di alam raya.
Industrialisasi menyangkut proses perubahan sosial, yaitu perubahan susunan kemasyarakatan dari suatu sistem sosial, perubahan dari keadaan negara kurang maju (less developed country) menuju kepada negara maju (more developed country).
Kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang saat ini selain memberikan kemudahan maupun kecepatan dalam berhubungan antara satu dengan lainnya. Semakin beragam dan cepatnya arus informasi media komunikasi mengantarkan umat manusia kepada transformasi.
Pesatnya pertumbuhan informasi tidak hanya menyangkut jumlah, jenis, kualitas serta kompleksitas informasi yang berkembang di semua bidang. Munculnya penyakit kecemasan informasi pada sebagian masyarakat belakangan ini, akibat dari laju pertumbuhan dan akumulasi pengetahuan serta informasi mengalami peningkatan yang sangat cepat dengan cara eksponensial.
Akibatnya arus informasi sukar untuk dibendung hanya bisa diatasi dengan mengendalikannya. Karena itu kita harus menyikapi isu-isu global dengan bijak. Isu global adalah merupakan setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian masyarakat globa.
Bagaimana masyarakat merespon isu tersebut. Misalnya isu lingkungan hidup, pasar bebas, pergeseran ideologi, dan masalah hak asasi manusia faktanya tetap hangat dan cenderung “digoreng” agar tetap mendapat perhatian masyarakat global. Apabila negara tidak siap dengan isu tersebut maka akan berdampak pada stabilitas politik dan keamanan.
Isu-isu global tentang kompleksitas yang dihadapi dunia pendidikan nyatanya memberikan pengaruh yang cukup signifikan untuk siap beradaptasi dengan dunia global.
Pendidikan dan Isu Global
Globalisasi sering juga diartikan sebagai kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestic maupun lokal ke dalam komunitas global dalam berbagai bidang. Globalisasi mendorong terdistribusinya informasi dengan cepat dan merata di berbagai belahan dunia. Isu globaldalam pendidikan misalnya adalah pentingnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) serta kemampuan para generasi muda untuk mampu bersaing kompetitif di masa depan. Pendidikan juga dituntut untuk mampu mengelola isu-isu global menjadi sumber belajar.
Perubahan Iklim misalnya dengan munculnya fenomena adanya peningkatan suhu global, ketidakpastian musim, kekeringan yang berkepanjangan, permukaan es kutub utara yang makin tipis, kebakaran hutan dan banjir terus-menerus harus menjadi sumber belajar.
Selain itu harus mampu mengatasi serta upaya untuk mengurangi pemanasan gobal dengan aksi nyata. Perubahan iklim dunia pada akhirnya menghasilkan serangkaian peristiwa lainnya yakni mulai dari banjir, kekeringan serta peristiwa lingkungan lainnya.
Karena itu pembelajaran adaptif yang mampu menjawab isu-isu global dengan segalam kopleksitasnya harus diberikan pada peserta didik. Mengutip Paulo Freire (2000) dalam Pedagogy of Freedom: Ethics, Democracy and Civic Courage menyebut ada tiga hal penting tentang mengajar yang perlu dipahami para guru.
Pertama, tidak ada pengajaran tanpa pembelajaran. Kedua, mengajar bukan hanya untuk transfer pengetahuan. Ketiga, mengajar ialah aksi kemanusiaan. Hal ini berkaitan erat dengan kesadaran guru terhadap profesi, komitmen, peran pendidikan dalam mengubah dunia, otoritas dan kebebasan, hati nurani, mau mendengarkan, pemahaman ideologis, dan terbuka untuk berdialog.
Paulo Freire,et,al menyatakan setidaknya ada tujuh hal yang menyebabkan guru semakin sulit untuk mendidik anak-anak bangsa. Pertama, terkait dengan visi mendidik anak di tengah semakin pragmatisnya cara pandang masyarakat.
Kedua, pemosisian guru dalam lingkup administratif dan manajemen pembelajaran.
Ketiga, tantangan sosiokultural yang terkait dengan pola adaptasi yang dihadapi ketika mengajar siswa yang beragam.
Keempat, keterbatasan untuk meningkatkan kapasitas seperti peluang mendapat pelatihan dan beasiswa.
Kelima, rumitnya persoalan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru honorer.
Keenam, terkait dengan problem antargenerasi atau generation gap. Tidak semua guru memiliki kecakapan membangun interaksi yang egaliter.
Ketujuh, tantangan dalam penguasan media digital. Sering kali penguasaan media digital semata untuk pemenuhan penunjang kegiatan pembelajaran.
Dalam konteks global, guru mendapat tantangan dalam upaya membangun keterampilan abad ke-21. Merujuk pada Survei The Economist Intelligence Unit (2018) beberapa tantangan yang dihadapi guru antara lain keterbatasan waktu dalam memenuhi kurikulum yang berstandartinggi,
keterbatasan pelatihan, otoritas pendidikan yang secara ketat berfokus pada penguatan literasi dan numerasi, kesulitan mengidentifikasi ragam keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja, dukungan yang minim dari baik manajemen sekolah maupun dunia bisnis, dan persoalan motivasi. Perkembangan dunia pendidikan tengah memasuki masa yang sangat penting. Tidak saja dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan optimal. Tetapi juga masa penting yang akan menentukan kelanjutan pendidikan itu sendiri. Saat ini, tantangan dunia pendidikan semakin kompleks dan menuntut persiapan dan pemikiran yang sangat serius termasuk dalam memasuki era Society 5.0. Society 5.0, merupakan sebuah masa di mana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Society 5.0 akan menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan menyelesaikan masalah sosial.
Berbasis Situasional
Pendidikan selalu dihadapkan pada kondisi maupun situasi yang terjadi di dunia. Konflik perseteruan Rusia dengan Ukraina fakta dan realitasnya akan dilihat dengan nyata oleh peserta didik. Informasi yang begitu cepat karena kemajuan IPTEK pendidikan penting untuk menjadikan isu sebagai bahan kajian yang akan memperkaya pengetahuan peserta didik. Pada situasi sekarang ini pendekatan satu disiplin keilmuan sungguh tidak cukup untuk menganalisis fenomena yang terjadi konflik Rusia dan Ukraina. Karena itu isu global penting diuraikan dengan konprehensif, mulai dari latar belakang sejarahnya hingga akibatnya terhadap masa depan maupun kehidupan masyarakat. Isu global adalah tantangan situasional.
Sistem pendidikan yang kompleks dan berkualitas sesungguhnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa. Mengutip Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2019) menjelaskan bahwa tahun 2030 jumlah penduduk yang produktif akan mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia yang diproyeksikan sebanyak 297 juta jiwa, maka perlu ada upaya yang tepat agar besarnya jumlah sumber daya manusia mampu menjadi kekuatan dan bukan sebaliknya yakni menjadi sebuah ancaman.
Agar upaya tersebut dapat tercapai maka diperlukan langkah terintegrasi yaitu dengan mengoptimalkan SDM yang salah satunya mampu dicapai melalui bidang pendidikan. SDM merupakan salah satu komponen yang vital serta memerlukan pengelolaan yang professional. Chairunnisa&Cobbie, (2016) menyatakan bahwa pengembangan SDM bertujuan untuk membuat kerangka kerja yang berkesinambungan secara logis dan komprehensif untuk memaksimalkan pengembangan lingkungan dimana SDM di dorong untuk berusaha serta berkembang. Mengutip Astuti, (2018) bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan seluruh proses aktifitas yang bersangkutan mengenai pentingnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah sebagai SDM di sekolah, dan memaksimalkan peran serta kegiatan yang dapat menjamin kualitas SDM sehingga tugas-tugas terlaksana secara efektif.
Dikaitkan dengan perkembangan teknologi digital serta digitalisasi kebutuhan maupun interaksi sosial juga berpengaruh terhadap pendidikan. Perkembangan pesat dari industri teknologi informasi, mulai dari belanja online, transportasi online, pembayaran online, sosial media, promosi, endorsement, iklan menuntut pembeljaran situasional yang adaptif. Sekolah-sekolah saat ini banyak berbasis digital. Media internet dengan digitalisasi sekolah menjadi ruang yang ideal sebagai ruang promosi, melalui media elektronik dan internet, ruang promosi terhadap keunggulan sekolah bisa diperluas selama internet bisa dijangkau. Internet menjadi media baru dengan ekosistem yang realtime dengan realitas nyata, bisa diakses kapan saja, dan mudah melakukan branding atau persona, karena meski pun realtime dengan dunia nyata.
Perkembangan teknologi informasi pada akhirnya juga mengubah konsep bekerja konvensional, lima hari kerja dalam seminggu dan delapan jam sehari, menjadi digital entrepreneurship.
Perkembangan proses globalisasi dengan berbagai kompleksitas maupun isu dalam masalah globalisasi di masa depan akan terus berkembang.
Globalisasi dengan implikasi serta isu yang sangat beragam terus berkembang ditengah kerumitannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa global governance, integrasi ekonomi, regionalisme, liberalisasi perdagangan, daya saing, common market, transnasional migrasi, political union, human security, dan lain-lain adalah sebagian istilah maupun persoalan yang berkembang dalam proses globalisasi. Di Era Society 5.0, industripun mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana, dikenal dengan istilah Internet of Things (IoT). IKarakteristik unik dari industri 5.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir tentang pendidikan.
Perubahan bukan hanya cara mengajar dan yang terpenting adalah perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. Pengembangan soft skill dan transversal skill, serta keterampilan tidak terlihat yang berguna dalam banyak situasi kerja seperti keterampilan interpersonal, hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang berpikiran global, serta literasi media dan informasi. Revolusi industri 5.0 dalam dunia pendidikan menekankan pada pendidikan karakter, moral, dan keteladanan.
Guru dituntut untuk memiliki sikap bersahabat dengan teknologi, kolaboratif, kreatif dan mengambil risiko, memiliki selera humor yang baik, serta mengajar dengan cara menyeluruh (holistik). Tenaga pendidik di era society 5.0 yang dituntut memiliki keterampilan yang baik dibidang digital dan juga berpikir kreatif. Guru harus inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas. Dunia pendidikan harus benar-benar dipersiapkan dengan mengikuti perkembangan zaman. Guru professional semestinya lebih paham dalam mengembangkan profesionalismenya dibandingkan dengan label guru lainnya. Sebab ada guru berlabel bukan guru professional (belu bersertifikasi) namun “berlabel guru penggerak”. Tenaga pendidik yang muda-muda di era Society 5.0 yang telah lulus sertifikasi harus menjadi guru penggerak yang mengutamakan murid, inisiatif untuk melakukan perubahan. Kompleksitas pendidikan ditengah globalisasi yang semakin rumit menyadarkan kita bahwa di masa depan penuh dengan ketidakpastian.
Namun kita harus berupaya untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dengan melakukan aksi nyata dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidikan. Jdi masa depan guru Taman Kanak Kanak (TK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) harus Magister Pendidikan (S2)mau tidak mau juga harus dilakukan penyesuaian dan adaptasi. Dengan begitu berlaku dan pemberlakukan berbanding lurus terhadap guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) dengan gelar akademik S3 (Doktor). Lalu bagaimana dengan jenjang pengajar atau dosen di perguruan tinggi? Apakah harus bertitel Professor atau Guru Besar. Nampaknya kompleksitas pendidikan ditengah era globalisasi berkembang dengan dinamis kearah yang semakin rumit. Kita yakin setiap era dengan kerumitannya akan ada ahli yang mampu memberikan solusi dan kemudahan dalam memecahkan setiap masalahnya. Semoga bermanfaat (****).
Rujukan:
Britton, L. 2018. Montessori Play and Learn. Diterjemahkan oleh Ade Kumalasari. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Mayumi Fukuyama. 2018. Society 5.0: Aiming for a New HumanCentered Society. https://www.jef.or.jp/journal/ Japan spotlight 91 Richard Arends, Learning To Teach (terjemah oleh Helly prajitno. PUSTAKA PELAJAR : Yogyakarta.
Purnomo, A., Ratnawati, N., & Aristin, N. F. (2016). Pengembangan Pembelajaran Blended Learning pada Generasi Z. Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS, 1 (1)(1), 70–76. https://doi.org/10.17977/um022v1i12016p070
Rahayu, Y.S., dkk. 2015. Identitas Kultural dan Karakter Siswa-siswi di Indonesia dalam Perspektif Perubahan Global. Surabaya: Unesa University Press.
————— 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.
—————2004. Pengembangan Sumber Daya manusia Dalam Era Globalisasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
https://mediaindonesia. com/opini/365020/tantangan-guru-masa-kini