Oleh: Nelson SIhaloho
Rasional:
Masa penyebaran Virus Corona/Covid 19 tidak hanya berdampak pada lesunya perekonomian serta memberikan imbas besar terhadap dunia pendidikan.
Alih-alih kita selalu menguamndangkan agar sector pendidikan selalu dituntut untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Meski ada berbagai kebijakan dalam proses penyelenggaraan pendidikan seperti kegiatan pembelajaran jarah jauh, online daring hasilnya jauh berbeda dengan kegiatan yang dilaksanakan di ruang kelas. Dalam mengahadapi permasalahan tersebut semua pihak dituntut untuk memahami dengan benar terkait kewajiban masing0masing stakeholder untuk secara bersama-sama memberikan solusi terbaik. Pengembangan potensi peserta didik dengan belajar jarak jauh ataupun daring tidak aka bisa berjalan dengan optimal.
Bahkan secanggih apapun teknologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan tetap hasilnya tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang sesungguhnya. Para orang tua dalam mempersipkan pendidikan anak-anaknya wajib bertangungjawab penuh bahkan apapun yang menjadi kebutuhan anaknya untuk belajar wajib dipenuhi demi terwujudnya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif.
Termasuk pembelajaran daring yang membutuhkan sarana prasarana serta biaya lebih demi keberlangsungan kegiatan belajar anaknya. Di masa pandemi covid 19 menjadi momentum bagi guru untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media teknologi dan informasi. Imbasnya pembelajaran daring akan menggunakan media chat seperti grup WA, grup Telegram, Grup Facebook, Instagram, Twiter, email, dan lain-lain.
Imbas lainnya adalah proses pembelajaran dengan pertemuan online seperti Zoom Meeting, google Meeting, Webex, dan lain-lain. Munculnya video pembelajaran dan harus di upload di You Tube, agar mudah diakses oleh siswa. Apabila tidak memiliki akses internet bisa dilakukan dengan cara komunikasi aktif melalui telepon atau SMS.
Kondisi yang dihadapi siswa dilapangan adalah bagaimana agar mereka tidak cemas dalam menghadapi pandemic Covid-19.
Kecemasan atau Anxiety
Banyak kalangan para ahli psikologi memberikan pengertian dan hakikat tentang kecemasan. Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu.
Bentuk kecemasan dengan intensitas yang wajar masih dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Salah satu pakar psikoanalisis adalah Sigmund Freud yang terkenal dengan teoriya Id, Ego dan Superego. Dalam teorinya, kecemasan dipandang sebagai komponen utama yang memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu.
Freud (Calvin S. Hall,1993) membagi kecemasan ke dalam tiga bentuk.
Pertama adalah kecemasan realistic, yakni rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.
Ke dua, kecemasan neurotic, merupakan rasa takut jangan-jangan insting-insting (dorongan Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan.
Ke tiga adalah kecemasan moral, yakni rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan moral.
Sieber (1977), menyatakan kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.
Bentuk lain adalah kesulitan dan rendahnya prestasi belajar peserta didik juga identic dengan kecemasan. Peserta didik mengalami kecemasan ketika dihadapkan pada pelajaran yang dianggap sulit, berorientasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi, guru tegas dalam mengajar serta cemas ketika menghadapi ujian. Kecemasan dalam menghadapi ujian tidak hanya dialami oleh peserta didik yang kecerdasannya rendah, tetapi siswa yang kecerdasan dan motivasinya tinggi pun dapat mengalami kesulitan belajar. Mengutip Abin (2009:309) menyatakan bahwa, “Siswa yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga ia akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai materi, menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru, penurunan nilai belajar dan prestasi belajar rendah”. Salah satu kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah perasaan cemas ketika menghadapi ujian pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Kecemasan merupakan suatu kondisi yang hampir pernah dialami oleh semua orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Menurut Gerald (2007:17) mengungkapkan bahwa, “Kecemasan adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Pada prinsipnya, kecemasan itu penting untuk meningkatkan motivasi dalam meraih suatu tujuan, namun yang menjadi permasalahan adalah ketika kecemasan yang dialami oleh individu tersebut terlalu tinggi akan bisa berdampak negatif”. Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas.
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Gerald,et.al, di sekolah, banyak faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Termasuk dalam menghadapi Covid-19 saat ini kecemasan lainnya yakni Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian ketat dan kurang adil dapat memicu faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum. Sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat, galak, judes dan kurang kompeten merupakan sumber penyebab timbulnya kecemasan pada diri siswa.
Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah yang kurang nyaman, serta sarana dan pra sarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor-faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa. yang bersumber dari faktor manajemen sekolah. Perasaan takut atau tegang dalam menghadapi suatu persoalan disebut kecemasan.
Nawangsari (2001:10) mengatakan bahwa, “Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan”. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur”. (Gunarsa, 2008:59). Adapun Skemp (1987:129) mengatakan bahwa, “Kecemasan salah satu sebab utama kecemasan siswa adalah otoritas guru. Perlu diingat bahwa setiap kali skema yang diperlukan dalam pemahaman tidak hadir dan tersedia dalam pikiran siswa, apapun pembelajaran yang terjadi hanya didasarkan atas apa yang siswa terima dari otoritas guru”. Begitu juga dengan Safaria Triantoro (2009:49) mengatakan bahwa, “Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, ”keprihatinan”, dan “rasa takut”, yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda”. Atkinson (2001:249), menyatakan gangguan kecemasan misalnya berupa keluhan fisik yang lazim antara lain adalah tidak dapat tenang, tidur terganggu, kelelahan, macam-macam sakit kepala, kepeningan, dan jantung berdebar-debar, disamping itu individu tersebut terus-menerus menghawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
Dengan demikian maka disimpulkan bahwa penyebab kecemasan adalah sesuatu yang tidak jelas atau sesuatu yang dicemaskan oleh seseorang merupakan sesuatu yang semestinya tidak menyebabkan orang tersebut menjadi cemas. Kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran di masa Pandemi Covid-19 dapat diartikan sebagai keadaan emosi siswa yang tidak menyenangkan, yang dicirikan dengan kegelisahan, ketidakenakan, kekhawatiran, ketakutan yang tidak mendasar bahwa akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika siswa menghadapi pelajaran.
Upaya dan Solusi
Mengingat akibat negatifnya terhadap kegiatan belajar dan kesehatan fisik, mental peserta didik memerlukan upaya dan solusi dalam mencegah, mengurangi kecemasan siswa di sekolah. Beberapa alternative yang dapat dipaparkan yakni menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya. Bisa juga dengan berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
Bisa mengajak siswa ke luar kelas, berjalan mengelilingi kelasnya sebanyak 2 atau 3 kali sambal menjaga jarak sesuai protocol kesehatan.
Memberikan materi dan tugas terhadap siswa dengan waktu yang longgar. Misalnya seharusnya 2 minggu diberikan waktu 30 hari (1 bulan). Mengembangkan pola hubungan yang akrab serta mengusahakan tidak memberikan hukuman pada peserta didik selama pandemic.
Perlu digaris bawahi bahwa umumnya kecemasan muncul karena rasa khawatir akan sesuatu yang belum berwujud dan menunggu sesuatu terjadi . Kita harus membatasi mengkonsumsi berita tentang Virus Covid-19, beristirahat dari berbagai media sosil (medsos) untuk menutup sumber kecemasan. Mencuci tangan dengan bersih namun tidak berlebihan. Selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain, hindari merasa kelelahan.
Pandemi Covid-19 menimbulkan kecemasan terhadap orang banyak. Kita sendiri dituntut untuk bisa membantu diri kita sendiri dengan membuat stabil mental kita sendiri. Teknik relaksasi juga sangat membantu dalam mengatasi kecemasan, raji berolah raga untuk menormalkan kembali imunitas tubuh yang kita miliki. Selain itu otak juga perlu dilatih agar selalu enjoy serta terhindar dari berbagai bentuk energy negative. Peserta didik jika sudah berada di rumah disarankan untuk lebih dekat dengan keluarga.
Banyak kalangan menyatakan bahwa efek Covid-19 terhadap masyarakat memang meresahkan dan membuat cemas. Wabah Covid-19 pada akhirnya memberi hikmah pada banyak orang tentang memaknai kehidupan dan betapa fundamennya pendidikan terhadap kemanusiaan itu sendiri.
Ditengah Pandemi guru tetap semangat dan antusias menjalankan fungsi pendidikan dan pembelajaran demi masa depan bangsa dan negara. Berjuang melahirkan manusia-manusia yang cerdas dan berkarakter mengisi peran intelektual, agamawan, birokrat, politisi, militer, seniman-budayawan bahkan para pemimpin-pemimpin besar yang terus mewarnai peradaban manusia.
Karena itu harus dilakukan program aksi yang tepat untuk meminimalkan gangguan terhadap dunia pendidikan dengan memfasilitasi kesinambungan pembelajaran, terutama bagi mereka yang paling rentan dan jauh dari ketersediaan teknologi. Dalam menahan laju penyebaran pandemi Covid-19, protocol kesehatan wajib dilakukan dan dipenuhi dengan baik untuk keberlangsungan pemeblajaran terhadap peserta didik. Kesetaraan dalam akses ke pembelajaran berbasis TIK harus menjadi perhatian utama, terutama peserta didik dengan latar belakang kurang mampu serta cenderung memiliki lebih sedikit akses internet dan teknologi. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memotivasi diri Apabila peserta didik mempunyai keinginan, maka peserta didik perlu motivasi untuk memanifestasi keinginanya, Hanya dengan afirmasi atau niat, tanpa motivasi, belum cukup untuk mewujudkannya.
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang berasal dari dalam kita sendiri. Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi berkaitan dengan keinginan dan ambisi. Apabila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan muncul pada diri peserta didik. Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita. Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Peserta didik mempunyai gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya.
Motivasilah yang akan membuat peserta didik melangkah maju dan mengambil langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya. Untuk termotivasi, ketahui terlebih dahulu apa yang anda inginkan selanjutnya anda harus dapat meningkatkan energi keinginan itu dan siap untuk melakukan apa saja agar keinginan dapat tercapai. Motivasi berkaitan erat dengan tercapainya sesuatu keinginan. Sering kita gagal mencapai apa yang kita lakukan, misalnya mengorbankan orang lain, memfitnah orang lain, menjelek-jelekkan orang bahkan dengan mengelabui diri kita sendiri atau mengelabui orang lain.
Atau sering kita meniatkan untuk melakukan pengembangan diri dengan merubah kondisi kinerja yang kita miliki. Namun kenyataan tidak pernah dilakukan dan berhenti hanya sebagai niat saja. Karena itu banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada peserta didik di masa Covid-19 salah satu diantaranya adalah memotivasi diri peserta didik.
(Penulis: Guru SMP Negeri 11 Kota Jambi).
Rujukan:
1. Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktik konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
2. Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.
3. Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Atkinson, R.L., Atkinson, R.C.,Hilgard, E.R. 2001. Pengantar Psikologi. Jilid Dua. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara
5. Boeree. 2008. Personality Theories. Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Prisma Sophie.
6. Triantoro & Nofrans Saputra. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara.
Komentar