Strategi Pelayanan BK Adaptif dan Fleksibel di Era Digital

Oleh: Nelson Sihaloho

*). Guru SMPN 011 Kota Jambi

 

 

ABSTRAK:

 

Kita baru saja melaksanakan Peringatan Hari Pendidikan Nasional tangal 02 Mei tahun 2023 dengan tema  “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”. Hal itu tertuang dalam Surat Nomor 12811/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim. Bapak Pendidikan Kita  “Ki Hadjar Dewantara” lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, dengan nama R.M. Suwardi Suryadingrat. Ki Hadjar Dewantara dianugerahi sebagai Bapak Pendidikan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959. Hari kelahirannya, 2 Mei yang merupakan hari lahir Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pngetahuan dan Teknologi (IPTEK) termasuk perkembangan digitalisasi tantangan dalam dunia pendidikan kita semakin beragam. Beragamnya tantangan dalam dunia pendidikan kita sebagai garda terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dituntut untuk terus berbenah. Para guru dituntut untuk terus beradaptasi sesuai dengan perkembangan Iptek dan terus berinovasi untuk memberikan bekakl SDM untuk para murid. Beegitu juga dengan guru Bimbingan Konseling (BK) dituntut untuk adaptif dan fleksibel dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya.

Menghadapi perkembangan Iptek yang semakin dinais itu Guru BK dituntut untuk memilki strategi eplayanan yang adaptif dan fleksibel di era digita. Konsekuensinya guru BK dituntut untuk terus mengembangkan profesionalismenya dengan berkelanjutan. Pengembangan profesionalisme yang berkelanjutan merupakan implementasi dan perwujudan dari sikap profesionalisme serta memiliki kontribusi yang signifikan semakin diakuinya profesionalisme guru BK yang kompetitf.

Kata kunci: BK adaptif, fleksibel, era digital

 

Profesionalisme BK yang Adaptif

 

Saat ini merupakan era kompetitif, setiap individu termasuk kalangan guru dituntut untuk mampu menghadapi tantangan di era digital. Konsekuensinya guru dituntut untuk mampu cepat beradaptasi dengan kondisi yang berkembang. Guru professional harus mampu menjawab tantangan terutama kemampuan guru dalam menghadapi berbagai masalah sekaligus memecahkan persoalannya.  Pada intinya guru harus membekali dirinya dengan kemampuan problem solving yang dikolaborasikan dengan digitalisasi. Kendati modernisasi modernisasi teknologi secanggih apapun tidak dapat menggantikan profesionalisme guru setidaknya terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan profesianlismenya. Begitu juiga dengan guru BK untuk mengembangkan profesionalismenya dengan beradaptasi terhadap perkembangan Iptek. Kendati perkembangan Iptek terus berkembang dengan dinamis tuntutan akan dimensi profil pelajaran Pancasila terus mencuat. Dimensi profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kompetensi fondasi yang perlu dikembangkan satuan pendidikan untuk peserta didik. Kompetebsi itu yakni beriman, bertakwa kpd Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Di era digital sekarang ini guru BK juga dituntut untuk memahami peserta didik (murid/klien) sebagai manusia yang berkebhinekaan global. Berkebhinekaan global diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Moh. Farozin (2022) menyatakan adapun elemen  kunci berkebhinekaan global yakni  (1) Mengenal dan Menghargai Budaya : mengenali, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai macam kelompok berdasarkan perilaku, cara komunikasi, dan budayanya, serta mendeskripsikan pembentukan identitas dirinya dan kelompok, juga menganalisis bagaimana menjadi anggota kelompok sosial di tingkat lokal, regional, nasional dan global.(2).  Kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama: memperhatikan, memahami, menerima keberadaan,  dan menghargai keunikan masing-masing budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif sehingga terbangun kesalingpahaman dan empati terhadap sesama. (3). Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan: secara reflektif memanfaatkan kesadaran dan pengalaman kebhinekaannya agar terhindar dari prasangka dan stereotip terhadap budaya yang berbeda, sehingga dapat menyelaraskan perbedaan budaya agar tercipta kehidupan yang harmonis antar sesama; dan kemudian secara aktif-partisipatif membangun masyarakat yang damai dan inklusif, berkeadilan sosial, serta berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.

Muhammad Farozin, Dosen BK FIP UNY, Ketua Umum PB ABKIN saat Konferda di Aula Dinas Pendidikan Provinsi Jambi sekaligus pelantikan Pengurus ABKIN Jambi Periode 2022-2026 (sumber diokumentasi: ABKIN Provinsi Jambi).

 

Karena itu guru BK harus memiliki karakteristik sesuai dengan tuntutan perkembangan yang adaptif di era digital. Adapun karakteristik guru BK atau Konselor yang adaptif di era digital yakni life-long learner (pembelajar seumur hidup), kreatif dan inovatif, mengoptimalkan teknologi, reflektif, kolaboratif, menerapkan student centered serta menerapkan pendekatan diferensiasi. BK diperlukan dalam pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik, memfasilitasi perkembangan peserta didik untuk mencapai kemandirian, memfasilitasi dapat diartikan memberikan kemudahan tercapainya kemandirian dan pengendalian diri serta perkembangan peserta didik sangat bervariasi sesuai dengan potensinya masing-masing.

 

Fleksibelitas dan Transformatif

 

Saat ini banyak berkembang model-model pembelajaran dan mengacu pada prinsip-prinsip fleksibelitas dan transformative.  Pembelajaran transformatif (transformative learning) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari perspective transformation sebagaimana awalnya digagas dan dikembangkan oleh Jack Mezirow (1978).  Pembelajaran transformatif merupakan suatu pembelajaran yang menghasilkan perubahan mendasar pada diri generasi milenial. Jika dahulu belajar hanya mengedepankan aspek kognitif, pembelajaran transformatif menampilkan diri sebagai pembelajaran yang mentransformasi pembelajar ke dalam suatu keadaan yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, serta memotivasi pembelajar dalam usaha pengalaman pembelajaran (Soenarwan dalam Rusdiyanto : 2015).

Konsep Kurikulum Merdeka sebagai transformasi kebijakan Merdeka Belajar pada prinsipnya mengedepankan pendekatan yang berpusat pada minat, bakat, dan kemampuan peserta didik dalam pembelajarannya. Di tingkat satuan pendidikan, bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengakomodasi peserta didik untuk mampu memahami dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mengembangkan potensi, merencanakan masa depan, dan menyelesaikan permasalahan, untuk mencapai kemandirian dan kemaslahatan peserta didik. Guru BK merupakan guru yang bertanggung jawab membantu permasalahan siswa dalam bidang bimbingan individu, sosial, belajar dan karir. Dengan adanya Kurikulum Merdeka diharapkan guru BK dapat lebih efektif, konstruktif dan tertantang dalam menjalankan tugas profesionalismeny. Sejak tahun 2000, survei Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa sistem pendidikan Indonesia telah berubah menjadi lebih komprehensif, terbuka dan mudah diakses. Makna Merdeka Belajar terdiri dari 4 kebijakan antara lain ujian sekolah berstandar nasional dilaksanakan oleh pihak sekolah, asesmen kecakapan minimum dan survei karakter, penyederhanaan RPP, sistem zonasi penerimaan siswa baru, serta merdeka dalam berpikir, berinovasi, belajar mandiri dan kreatif, dan merdeka mencapai kebahagiaan (Daga, 2021). Profil siswa Pancasila yang termmuat dalam indikator pembelajaran (Rosmana, 2022). Kurikulum Merdeka Belajar sebagai upaya membekalisiswa dalam memiliki empat keterampilan dasar: 1) keterampilan berpikir kritis, 2)keterampilan komunikasi, 3)keterampilan kreativitas, dan 4) keterampilan kolaborasi (Effendi: 2020). Keutamaan lain dari kurikulum Mderdeka Belajar adalah; : 1) siswa medapatkan pengetahuan yang tuntas sesuai dengan capaian pembelajarannya, 2) siswa akan mendapatkan hasil belajar tuntas sesuai tuntutan standar kompetensi, serta siswa dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan pemililhan mata pelajaran lintas mata pelajaran dan lintas jurusan (Baharuddin, 2021).

Guru BK memiliki peranan penting untuk menggali bakat, minat dan kemampuan siswa agar optimalisasi proses dan hasil belajar siswa terwujud dalam kurikulum merdeka belajar ini (Kurniawan:2020). Sekait dengan itu tugas guru BK dalam kurikulum merdeka adalah; 1) berperan mengembangkan potensi siswa, 2) berperan membantu siswa mengambil keputusan arah studi lanjutan yang tepat; 3) berperan mengenalkan dunia dan masa depan siswa; 4) berperan memberikan layanan informasi; dan 5) berperan mensosialisasikan kurikulum kepada siswa(Arumsari & Koesdyantho, 2021).

Guru Bk juga dituntut untuk memahami siswa berdasarkan potensi yang dimilikinya. Guru BK harus update kemampuannya dan selalu merasa kurang serta ingin lebih optimal dalam memberikan pelayanan BK. Harus tuntas mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokoknya dalam kurikulum merdeka belajar. Esty Rokhyani (2022) menyatakan bahwa penguatan praksis bimbingan konseling dalam implementasi kebijakan merdeka belajar mampu memberikan hasil yang lebih baik. Yakni bahwa 1) kesiapan guru BK berkaitan dengan pemahaman dan kompetensi, pengalaman serta akses layanan BK secara tepat; 2) Strategi layanan yang relevan dengan kurikulum merdeka belajar adalah strategi layanan BK dalam Asesmen Kompetensi Minimum, strategi penguatan pendidikan karakter, strategi Penyusunan RPL BK Satu Lembar Halaman dan strategi peningkatan kompetensi Information computer dan technology. Stephenson, seorang CEO dan pimpinan AT&T pernah menyatakan, “Orang yang tidak meluangkan waktu lima hingga 10 jam seminggu dalam pembelajaran online/digital akan menjadi usang dengan teknologi” (Wador: 2016). Cambridge International Global Education Census (13/11/2018), sebuah organisasi pendidikan terkemuka bagian dari Universitas Cambridge di Inggris, juga menemukan bahwa pelajar Indonesia menggunakan teknologi di ruang kelas adalah yang tertinggi secara global (40 persen).

Guru BK dituntut untuk mampu bekerja lebih fleksibel dan transformative dalam menjalankan tugas-tugas profesionalisme. Era digital yang kini penuh dengan segala dinamika teknologinya memberikan ruang yang kebih luas kepada semua orang termasuk guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesinalismenya.

 

Transformatif Digitalisasi dalam BK

 

Sebagaimana kita ketahui bahwa di era digital, segala bentuk kegiatan pembelajaran di sekolah menggunakan produk teknologi untuk memudahkan tujuan dan target pembelajaran. Kegiatan pembelajaran baik itu sistem pengelolaan kelas (classroom management), pembelajaran (learning), pengajaran (teaching), sumber belajar (learning materials), penilaian (assessment) dan lain sebagainya menggunakan teknologi digital.

Di era globalisasi, salah satu pendekatan untuk mengikuti pesatnya perkembangan teknologi informasi adalah dengan memasukkan media ke dalam layanan BK di sekolah.  Penggunaan media telah berkembang menjadi praktik pelayanan langsung melalui bantuan media, seperti internet yang lazim disebut dengan BK online atau e-counseling. Merujuk pendapat Tabbers (2004:71-81), menunjukkan beberapa hasil penelitian, bahwa penggunaan multimedia sebagai media penyampaian pesan atau informasi dalam proses pendidikan yang memuat prinsip-prinsip panduan lebih efektif daripada tidak menggunakan media dan teknologi.  Penggunaan media telah berkembang menjadi prosedur pelayanan langsung berkat bantuan media, termasuk internet.

Di era globalisasi saat ini, konseling online atau yang disebut juga dengan e-counseling semakin menjadi hal yang wajar. Sebab selain mempermudah juga lebih fleksibel, efesien.  Tuntutan agar Guru BK lebih kreatif, inovatif dalam memberikan pelayanan BK seiring dan sejalan dengan perkembangan Iptek. Aspek yang palin berpengaruh dalam mempengaruhi perubahan profesionalisme guru BK adalah inovasi pelayanan guru yang inovatif. Layanan BK telah berubah seiring berkembangnya teknologi informasi. Bebeberapa layanan bimbingan berbasis digital diantaranya dengan bantuan jaringan internet seperti website/situs, perangkat seluler serta Canva. Sebagaimana diketahui Canva merupakan aplikasi untuk membuat materi-materi yang tampak menarik secara visual. Guru BK dapat memanfaatkan Canva bersama dengan media lain, seperti zoom meeting yang nantinya mempresentasikan materi yang telah dibuat melalui canva. Selanjutnya adalah email, chat dan jejaruing sosial, video conferencing. Dalam memberikan tugas-tugas pelayanan profesionaismenya guru BK harus meminimalisir dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dengan menciptakan inovasi baru. Layanan BK yang menuntut penyesuaian dan adaptif dalam membantu siswa menghadapi perubahan zaman yang semakin dinamis. Dengan demikian semakin canggih teknologi serta digitalisasi di era modern sekarang ini memberikan perubahan besar terhadap dunia termasuk BK. Kehadiran berbagai macam teknologi digital yang semakin banyak bermunculan mengharuskan guru BK adaptif serta fleksibel dalam menjalankan tugas-tugas profesionalismenya. Guru BK harus dapat berperan penting dalam menjalankan tugasnya di sekolah, memfasilitasi peserta didik agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Kemajuan Iptek harus mendukung dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu pelayanan BK yang lebih baik. Semoga bermanfaat. (*****)

 

Rujukan:

 

  1. Arviansyah, M. R., & Shagena, A. (2022). Efektivitas Dan Peran Dari Guru Dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Lentera,
  2. Darlis, A., Sinaga, A. I., & Perkasyah, M. F. (2022). Pendidikan Berbasis Merdeka Belajar.
  3. Hayati, L. M., Mudjiran, & , Herman Nirwana, Y. K. (2022). Paradigma Guru Bimbingan Konseling Pada Kurikulum Merdeka Belajar. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 7(1), 158–161.
  4. Kurniawan, N. A., Saputra, R., & Daulay, A. A. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Merdeka Belajar Bagi Calon Konselor.
  5. Mulyasa, E. (2021). Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar. Bumi Aksara.
  6. Nursalim, M. (2020). Peran Guru BK/Konselor Dalam Mensukseskan Program Merdeka Belajar. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 1(2), 11–18. https://ojs.abkinjatim.org/index.php/ojspdabkin/article/view/8
  7. Nursalim, M., & Surabaya, U. N. (2022). Implikasi kebijakan merdeka belajar bagi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Journal System, 1(1), 19–25. https://ojs.abkinjatim.org/index.php/ojspdabkin/article/view/141
  8. Rokhyani, E., Pendidikan, D., & Nganjuk, K. (2022). Penguatan praksis bimbingan konseling dalam implementasi kebijakan merdeka belajar. 26–38.

Komentar