Yus Yunus Tewas Dianiaya Massa di Papua, Keluarga: Kami Tidak Terima

Yus Yunus, seorang sopir truk asal Sulawesi Barat tewas karena diamuk massa di Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai, Papua. Yus yang dianiaya secara brutal itu ternyata menjadi korban salah sasaran.

Pihak keluarga pun meminta aparat menangkap pelaku dan memberikan hukuman yang berat. Kematian Yus yang mengenaskan menjadi duka mendalam dan keluarga tak menerimanya.

“Kami tidak terima kalau bisa diusut setuntas-tuntasnya dan seadil-adilnya. Juga pelaku kalau bisa dapat sanksi yang setimpal,” kata kakak Yus Yunus, Hasriani, dalam program Ragam Perkara tvOne yang dikutip VIVAnews Sabtu, 29 Februari 2020.

Dia mengatakan keluarga juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah Sulawesi Barat untuk meminta petunjuk terkait langkah yang mesti dilakukan.

“Langkah kami sudah ke pemerintah setempat untuk minta petunjuk bagaimana dorongannya agar masalah ini segera diselesaikan,” jelasnya.

Yus Yunus (26) dianiaya di Jalan Trans Nabire, Dogiyai, Papua pada Minggu, 23 Februari 2020. Korban diamuk sekelompok orang dengan batu sampai kayu yang dihantamkan ke bagian kepala dan badan.

Saat kejadian sudah ada beberapa anggota Brimob yang berusaha melerai. Namun, massa yang beringas tetap memukuli korban. Yus dituduh menabrak seorang warga setempat hingga meninggal dunia.

Jenazah korban dimakamkan di Dusun Taramanu, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulbar, pada Selasa, 25 Februari 2020

Sebelumnya, Kapolda Papua Inspektur Jenderal Polisi, Paulus Waterpauw mengaku prihatin dengan aksi penganiayaan terhadap sopir yang berasa dari Sulawesi tersebut. Dari informasi yang diperolehnya, bahwa korban salah sasaran dari massa.

Paulus menegaskan pihaknya akan menindak pelaku yang melakukan tindakan sadis tersebut.

“Yang jelas saya dapat informasi korban dicurigai merupakan pelaku tabrak lari terhadap korban yang meninggal, Namun, ternyata bukan dia sebenarnya, artinya salah sasaran. Dan, kami akan tindak para pelaku,” ujar Paulus di Jayapura, Kamis, 27 Februari 2020.

Komentar