Pembelajaran Abad 21, Ekspektasinya Terhadap Peningkatan Skill Siswa di Era Society 5.0

Oleh: Nelson Sihaloho

ABSTRAK:

Pendidikan dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) utamanya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan mengikuti perkembangan TIK guru kelak akan mampu menerapkan pola-pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan peserta didik. Fakta dan realitas menunjukkan bahwa umumnya persoalan yang dihadapi dalam pendidikan bermuara pada kemajuan IPTEK.

Kemajuan IPTEK yang semakin cepat dan dinamis akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan skill (ketrampilan) peserta didik. Pertumbuhan revolusi digitalisasi pendidikan, dimana pemanfaatan TIK telah menjadi faktor pendorong untuk menjembatani kebutuhan adaptasi visualisasi pendidikan. Di abad ke-21 saat terjadi perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi dalam segala aspek kehidupan meliputi bidang ekonomi, transportasi, teknologi, komunikasi, informasi maupun lainnya. Keterampilan mentrasfer ilmu itu kepada peserta didik agar mereka mampu menguasai bidang ilmu tersebut yang biasa disebut kemampuan psikomotorik, dan kemampuan psikologis untuk bisa memahami kejiwaan peserta didk yang akan memudahkan guru untuk mengarahkan mereka pada kebiasaan-kebiasaan positif yang dikenal dengan nama kemampuan afektif.

Pembelajaran abad 21 yang diterapkan oleh guru dalam menjalankan tugas profesionalismenya akan memberikan ekpspektasi dan harapan terhadap peningkatan skill peserta didik. Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Ekspektasi harus menjadi kekuatan para pendidik untuk bekerja dengan benar sehingga harapan utnuk mendapatkan jaminan, fasilitas maupun outcome yang menarik dari pemerintah bisa terwujud. Intinya penerapan model pembelajaran abad 21 dengan benar memiliki relevansi terhadap peningkatan sklill siswa utamanya Era Society 5.0.

Kata kunci: pembelajaran abad 21, ekspektasi, skill, era society 5.0.
Ketrampilan Abad 21

Kecakapan abad 21 sebagaimana disosialisasikan oleh Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2017) terdiri empat jenis kecakapan, yaitu: (1) keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill) (2) kecakapan berkomunikasi (Communication Skills), (3) kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), (4) kolaborasi (Collaboration). Kompetensi kecakapan abad 21 tersebut perlu dibeberikan terhadap peserta didik di sekolah dalam upaya menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan era society 5.0.

Semua keterampilan diperlukan oleh peserta didik agar mereka kelak berhasil menghadapi tantangan. Kehidupan yang semakin kompleks, ketidakpastian serta tuntutan dunia kerja yang mempersyaratkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang tinggi kini menjadi sebuah keharusan.

Penyiapan SDM yang menguasai keterampilan abad ke-21 akan efektif apabila ditempuh melalui jalur pendidikan. Perubahan kurikulum telah dilakukan oleh pemerintah termasuk penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Reformasi pembelajaran yang menuntut pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan jawaban dari upaya untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21.

Assessment and Teaching of 21st Century Skill mengorganisasikan keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan etik abad ke21 ke dalam empat kategori (Saavedra dan Opfer, 2012). Pertama, cara berpikir (ways of thinking) meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan belajar tentang belajar (metakognisi). Kedua, cara bekerja (ways of working) meliputi keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kerja tim. Ketiga, alat-alat untuk bekerja (tools of working) meliputi pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Keempat, hidup di dunia (living in the world) meliputi kewarganegaraan, hidup dan karir, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi dan kesadaran budaya. Peserta didik dituntut memiliki kemampuan agar dapat berperan aktif dalam menggunakan kemajuan teknologi. Sehingga kelak dapat bermanfaat terhadap dirinya, masyarakat, baik lokal, nasional, maupun global. Ciri-ciri abad ke-21 yang paling menonjol adalah multitasking, multimedia, online social networking, online infor searching, game online dan sebagainya.

Abad ke-21 telah memberi arah kemajuan TIK yang berkembang dengan pesat serta menuntut dunia pendidikan untuk melakukan perubahan. Pembelajaran abad 21 menuntut keterampilan dalam menyelesaikan masalah dengan kreatif dan inovatif, melalui kerja kolaborasi dengan memanfaatan kemajuan TIK. Hal ini mengindikasikan dilakukannya proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran yang dianjurkan untuk dikembangkan pada abad ke-21 ini adalah pembelajaran berbasis masalah. Adapun model pembelajaran yang bisa diadopsi yakni inquiry learning (IL), discovery learning (DL), problem based learning (PBL), project based learning (PjBL), eksperiment serta berbagai model pe,belajaran lainnya.

Umumnya model pembelajaran berbasis masalah, akan mendorong peserta didik untuk menemukan masalah serta mencari alternatif penyelesaiannya. Keterampilan lain yang tidak kalah penting adalah keterampilan berkomunikasi. Seseorang yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik adalah seseorang yang mampu menyampaikan ide-idenya kepada orang lain (Lunenburg, 2010). Adapun Robles (2012) menyatakan bahwa integritas dan komunikasi adalah dua soft skills yang paling utama diperlukan oleh pekerja agar berhasil dalam pekerjaan.

Dalam keterampilan lunak (soft skills), keterampilan berkomunikasi ini menempati urutan pertama dari seluruh soft skills yang ada (Patacsil dan Tablatin, 2017). Selain keempat keterampilan penting di atas yang harus dikuasai pada abad ke-21 (berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi), seseorang juga harus menguasai literasi teknologi, informasi dan komunikasi.

Literasi ini sangat penting bagi seseorang dalam memilih, mengkritisi, mengevaluasi mensintesis, dan menggunakan informasi. Berkaitan dengan literasi teknologi, seseorang harus mampu menggunakan teknologi untuk berkomunikasi di era digital.

Ekspektasi dan Penilaian Abad 21

Kemajuan digital dewasa ini sangat sulit untuk bisa dihindari. Karena itu menuntut kita untuk berbenah. Apabila tidak berbenah, maka guru akan semakin tertinggal.

Belajar digital saat ini merupakan suatu keharusan. Begitu juga dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini maupun di masa depan. Pembelajaran harus mampu memberikan arahan bagaimana guru mengkreasi sistem pembelajaran yang diterapkannya. Sehingga bisa menghasilkan suatu produk dan proyek pembelajaran. Sistem penugasan yang diberikan oleh guru terhadap siswanya, syogianya memacu siswa untuk berpikir dan bekerja dengan kreatif dan inovatif. Pola pembelajaran yang diterapkan harus mampu mengkontruksi berbagai informasi, pengalaman masa lalu, dan pengetahuannya di masa kini. Karena itu penilaian abad ke-21 dilaksanakan dengan tujuan agar guru maupun siswa dapat melakukan refleksi diri serta mengevaluasi penguasaannya untuk melakukan perbaikan diri.

Penialaian abad ke-21 memberikan peluang dan kesempatan terhadap guru dan siswa melakukan kolaborasi. Dimulai dari perencanaan hingga proses penilaiannya. Keterlibatan siswa dalam penilaian memberi kemudahan terhadap siswa untuk mengukur kemampuannya sendiri. Penilaian terhadap perilaku siswa perlu dilakukan.

Perilaku yang ditampilkan oleh siswa, dapat menjadi gambaran respons siswa terhadap konten yang disampaikan oleh guru. Tuntutan strategi penilaian pembelajaran abad 21 lebih menekankan pada pengukuran kompetensi siswa dengan cara kompleks yang mengakomodir kompetensi pengetahuan (kognitif), kompetensi intrapersonal, dan kompetensi interpersonal.

Kompetensi pengetahuan merujuk pada berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaboratif, dan komunikasi. Kompetensi Interpersonal menyangkut adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain seperti kemampuan manajemen diri, kerjasama, komunikasi yang efektif, dan kemampuan mejaga hubungan dengan orang lain secara emosional. Kompetensi Intrapersonal meliput kemampuan kerja dalam tim, kolaborasi, komunikasi, kerja sama, dan koordinasi. Dengan demikian, dalam penilaian perlu dikembangkan agar dapat mengukur kompetensi tersebut. Menghadapi tantangan dunia nyata, penilaian harus memberikan tugas berbasis solusi, keterampilan akan lebih fokus pada keterampilan operasional, seperti keahliannya menggunakan banyak sumber secara tepat dan efisien, bukan pada respon peserta didik secara benar yang disampaikan oleh pendidik (Winaryanti, 2018).

Penilaian mempersiapkan peserta didik untuk memiliki kesiapan menghadapi tantangan di lingkungan global yang kompleks di masa depan. Strategi penilaian yang menunjukkan implikasi pengajaran dan pembelajaran serta membantu guru mengembangkan lingkungan belajar abad 21 di kelas yaitu: (1) rubrik, (2) penilaian berbasis kinerja/performance- based assessments (PBAs), (3) portofolio, (4) penilaian diri siswa, 5) peer-assessment, 6) sistem respon siswa/student response systems.
Mengacu pada pada pendapat Victor Vroom, Cut Zurnali (2004) mengemukakan bahwa ekspektasi adalah adanya kekuatan dari kecenderungan untuk bekerja secara benar tergantung pada kekuatan dari pengharapan bahwa kerja akan diikuti dengan pemberian jaminan, fasilitas dan lingkungan atau outcome yang menarik.

Karena itu guru melalui model pembelajaran Abad 21 harus mamp menumbuhkan ekspektasi tinggi pada peserta didiknya. Menumbuhkan ekspektasi dapat diartikan sebagai upaya konkrit memacu siswa untuk selalu konsisten dengan tugas-tugas belajar yang sedang dihadapinya. Dengan begitu peserta didik harus terus termotivasi, terdorong dan terbawa dalam atmosfer belajar yang menyenangkan dan pantang menyerah. Dalam aktifitas belajar ekspektasi yang tinggi (high expectation) merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh guru. Apabila guru tidak melakukan hal ini maka akan memungkinkan terciptanya beragam kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik serta memberikan implikasi pada buruknya prestasi siswa.

Era Society 5.0 dan Penguatan Literasi

Sebagaimana kita ketahui bahwa Era Society 5.0 merupakan perkembangan dari revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sedangkan Society 5.0 memfokuskan kepada komponen teknologi dan kemanusiannya.

Dalam menghadapi era Society 5.0 tersebut peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan Enam Literasi Dasar. Literasi tersebut yakni (1). Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mengembangkan pemahaman dan potensi.(2). Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. (3). Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya. (4). Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum. (5). Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan, dan motivasi agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial. (6).Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat. Konsep revolusi industri 5.0 yang merupakan konsep dengan cara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain.

Salah satu karakteristik unik dari industri 5.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Berkembangnya revolusi industri 5.0 tentunya memberi warna maupun implikasinya terhadap dunia pendidikan. Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir kita terhadap pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya cara mengajar, namun yang terpenting adalah perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. Revolusi industri 5.0 dalam dunia pendidikan menekankan pada pendidikan karakter, moral, dan keteladanan. Sebab ilmu yang dimiliki dapat digantikan oleh teknologi sedangkan penerapan soft skill maupun hard skill yang dimiliki tiap peserta didik tidak dapat digantikan oleh teknologi. Pembelajaran berpusat kepada siswa (student-centered learning), dengan kolaborasi pembelajaran (collaborative learning), serta terintegrasi dengan masyarakat adalah hal yang perlu dipertimbangkan oleh sekolah dan guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang mampu mengarahkan dan membentuk karakter peserta didik. Konsep pembelajaran di sekolah dalam menghadapi Sociery 5.0 perlu dikembangkan dengan berkelanjutan seiring dengan perkembangannya. Pembaharuan dan orientasi pembelajaran juga perlu dilakukan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menjadi komponen yang sangat penting dalam menyongsong era society 5.0. Era society 5.0 yang menitikberatkan pada manusia sebagai pengguna teknologi, tentunya kehadiran sarana dan prasarana berbasis IT menjadi suatu keharusan yang harus diwujudkan.

Membangun semangat profesionalisme guru serta mengupdate materi pembelajaran seiring dengan melesatnya teknologi digita harus dilakukan. Era Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang muncul di era Revolusi industri 4.0. Society 5.0, merupakan sebuah masa di mana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Society 5.0 akan menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan menyelesaikan masalah sosial.

Era Society 5.0 menekankan pada manusianya, bagaimana peserta didik bisa melakukan antisipasi terhadap perkembangan tren global dari akibat munculnya industry 4.0. Konsep “Masyarakat 5.0/Society 5.0” menjadikan manusia sebagai pusat pengendali teknologi. Manusia berperan lebih besar dengan men-transformasi big data dan teknologi terhadap kemanusiaan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Di tengah banyaknya pekerjaan yang akan hilang karena otomatisasi, digitalisasi dan kapitalisme untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi industrialisasi, kehadiran Society 5.0 menjadi paradigma baru yang humanistis.

Ekspektasi guru dengan memberikan harapan postif terhadap peserta didik akan mampu meningkatkan skill dalam kapasitasnya sebagai siswa yang mampu menghadapi serta siap berkompetisi di Era Society 5.0. Pendidikan harus bertransformasi jika kita berkeinginan menjadikan bidang pendidikan kita maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa yang telah maju sektir pendidikannya. Kita harus siap dan yain dengan kemampuan serta kekuatan yang kita miliki. Semoga bermanfaat.(*****).

Rujukan
Arend, R.I., 2004, Learning to Teach. 5th Edition. Boston: McGraw Hill.
Darling-Hammond,L.,2008, Introduction: Teaching and Learning for Understanding. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Greenstein,L.,2012, Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and Authentic Learning. California: Corwin.
Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014
King, F.J.,Goodson, L.,M.S.,dan Rohani, F., 2010, Higher Order Thinking Skills. Assessment dan Evaluation Educational Service Program. Leen, C.C., Hong,
Wahyono,B. (2016).Pengertian pembelajaran inovatif dan tipe-tipenya. Retrieved from:http://www.pendidikanekonomi.com/2016/02/pengertian-pembelajaran-inovatifan.html. Diakses 15 Agustus 2019.

Facebook Comments

ADVERTISEMENT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *